Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapa yang Tak Kenal Ikan Asin Lhok Seudu...

Kompas.com - 27/03/2018, 07:00 WIB
Raja Umar,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

ACEH BESAR, KOMPAS.com - Ikan asin Lhok Seudu di Kecamatan Leupung, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, sudah dikenal sejak dulu memiliki kualitas terbaik di Aceh.

Pasalnya, pengolahannya dilakukan langsung dari ikan segar hasil tangkapan nelayan tradisonal setiap pagi harinya tanpa menggunakan pengawet atau formalin.

“Ikan asin dan teri Lhok Seudu semua orang tahu kualitasnya bagus karena ikannya masih segar yang dibawa nelayan langsung kami olah. Belum kena es apalagi formalin karena nelayan pergi sore, pulangnya pagi” kata M Hasan Is, salah satu pengusaha pengolahan ikan asin kepada Kompas.com, Minggu (25/3/2018).

Hasan yang melanjutkan usaha pengolahan ikan asin dari orangtuanya secara turun temurun itu setiap pagi menampung ikan segar hasil tangkapan nelayan tradisional rata-rata mulai 50 hingga 100 keranjang untuk diolah menjadi ikan asin.

“Kalau lagi banyak hasil tangkapan nelayan sampai 100 keranjang saya beli, harganya mulai dari Rp 160.000 sampai dengan Rp 200.000 per keranjangnya,” katanya.

(Baca juga: Cerita Menegangkan di Balik "Sneaker" Asli Bandung yang Dibeli Jokowi)

Ikan asin dan teri hasil pengolahan Hasan dipasarkan ke Medan, Padang, dan sejumlah daerah di Aceh. Setiap minggu, hasil pengolahannya mencapai 1 hingga 2 ton dengan omset penjulan rata-rata Rp 5 juta setiap minggu.

“Setelah kami olah selama dua hari, ikan asin kami kirim ke Medan dan Padang untuk dipasarkan,” tuturnya.

Sementara itu, Anwar, warga Lhok Seudu, sejak dulu umumnya menggantungkan mata pencaharian di laut. Setidaknya, ada 15 warga lainnya yang juga memiliki usaha pengolahan ikan asin dan teri. Pengolahan ikan asin dilakukan dengan cara dibersihkan, direbus dengan air garam, kemudian dijemur selama dua hari hingga kering.

“Ada 15 orang memiliki usaha pengolahan ikan asin di sini. Jadi kalau hasil tangkapan nelayan lagi banyak, pantai ini penuh dengan jemuran ikan dan ikan asin ada yang langsung direbus, ada yang langsung dijemur, tergantung permintaan pasar,“ ungkap Anwar.

(Baca juga: Cerita Mengharukan di Balik Surat Bocah Bulan yang Minta Kursi Roda ke Jokowi)

Menurut dia, di wilayah Pantai Lhok Seudu, ada 20 unit palung atau perahu yang dimodifikasi untuk mencari hasil tangkapan dengan alat tradisional dan ramah lingkungan.

Nelayan di sini umumnya hasil tangkapannya ikan kecil dan teri untuk diolah menjadi ikan asin. Nelayan pergi melaut setiap sore mulai pukul 17.00 WIB dan besok pagi, pukul 07.00 WIB sudah kembali. Jadi ikannya masih segar,” katanya.

Saat hasil tangkapan stabil, lanjut Anwar, hasil tangkapan satu palung nelayan mencapai 100 keranjang teri setiap paginya. Namun, saat kondisi bulan purnama nelayan di Lhok Seudu seluruhnya memilih untuk tidak melaut selama beberapa hari hingga menunggu cuaca kembali normal.

“Kalau lagi purnama, nelayan di sini istirahat total karena di saat bulan terang, tidak ada ikan sama sekali, makanya tidak melaut, tapi saat cuacanya bagus, hasilnya Alhamdulillah banyak sampai 100 kerang satu palung dapat,” ungkap dia.

Selama tidak melaut, karena memasuki bulan purnama, para nelayan mengisi waktu liburnya dengan memperbaiki palung, jaring dan berbagai alat tangkapan lainnya di Pantai Lhok Seudu, bahkan mereka saling membantu secara bergotong-royong saat melepaskan perahu dari palung masing-masing armada.

“Paling saat bulan terang, nelayan tidak melaut selama lima hari. Kemudian saat bulan gelap, mereka kembali melaut. Rata-rata dalam setahun nelayan efektif 6 bulan karena saat angin barat, nelayan juga tidak dapat melaut,” ujarnya.

 

Kompas TV Kepastian mendapat penghasilan juga jadi ancaman bagi generasi muda di Tanjung Binga. Anak muda putus sekolah dan memilih melaut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com