Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jadi Tersangka Suap oleh KPK, Dua Calon Wali Kota Malang Pasrah

Kompas.com - 22/03/2018, 20:29 WIB
Andi Hartik,
Farid Assifa

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Dua calon Wali Kota Malang yang menjadi tersangka kasus dugaan suap pembahasan P-APBD Tahun Anggaran 2015 diperiksa penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Ruang Pertemuan Utama Polres Malang Kota, Kamis (22/3/2018).

Dua calon wali kota itu adalah Yaqud Ananda Gudban atau Nanda serta M Anton. Nanda merupakan calon Wali Kota Malang nomor urut 1 berpasangan dengan Ahmad Wanedi (Menawan). Dia diusung oleh PDI-P, PAN, PPP, Hanura dan didukung oleh Partai Nasdem.

Sedangkan Anton merupakan calon Wali Kota Malang petahana nomor urut 2 berpasangan dengan Syamsul Mahmud (Asik). Dia diusung oleh PKB, Gerindra dan PKS.

Belum ada langkah hukum yang dilakukan oleh kedua calon wali kota itu. Termasuk langkah hukum praperadilan untuk menggugurkan status tersangkanya.

Usai diperiksa, Anton mengaku menghormati proses hukum yang sedang dihadapinya.

"Kita ikuti aja proses hukum. Saya kira profesional semua lah," katanya.

Baca juga : Meski Jadi Tersangka Suap, Dua Calon Wali Kota Malang Masih Bisa Ikut Pilkada

Anton enggan mengomentari pencalonannya sebagai petahana setelah ditetapkan sebagai tersangka. Anton mengaku akan mengikuti seluruh proses hukum yang berjalan.

"Kita ikuti dulu, kita belum tahu, nanti lah," katanya.

Hal yang sama disampaikan Nanda. Ia akan menjalani segala proses hukum yang menjeratnya di KPK.

"Ya, karena sudah ditetapkan, ya kita jalani saja proses hukum. Ya, ikuti dulu prosesnya ya," katanya setelah pemeriksaan.

Belum ada rencana praperadilan yang akan diajukannya.

"Belum sampai ke sana. Kami belum membahas dengan tim hukum," ungkapnya.

Kendati demikian, Nanda sudah mencari pengacara untuk mendampinginya selama proses hukumnya di KPK terus berjalan.

"Kalau sudah tersangka tadi dikatakan harus punya pengacara," katanya.

Ia memastikan, meski sudah berstatus tersangka, pencalonannya tidak akan terganggu.

"Kampanye jalan, dua-dua jalan insya Allah," jelasnya.

Diketahui, KPK menetapkan 19 tersangka baru dalam kasus dugaan suap pembahasan P-APBD Kota Malang Tahun Anggaran 2015. Terdiri dari Wali Kota Malang nonaktif M Anton dan dua pimpinan serta 16 anggota DPRD Kota Malang.

Baca juga : Jadi Tersangka Suap, Dua Calon Wali Kota Malang Diperiksa KPK

Sebelumnya, KPK sudah mendakwa dua orang dalam kasus yang sama, yakni mantan Ketua DPRD Kota Malang Moch Arief Wicaksono dan mantan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Malang, Jarot Edy Sulistyono.

Arief didakwa menerima suap sebesar Rp 700 juta dari Jarot yang waktu itu menjabat sebagai kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Pengawasan Bangunan (DPUPPB) Kota Malang. Uang sebesar Rp 600 juta dari jumlah suap Rp 700 juta dibagi ke sejumlah anggota DPRD Kota Malang.

Kompas TV Warga kecewa karena calon wali kota dan 18 anggota DPRD jadi tersangka KPK.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com