Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kain Delamak, Tenun Khas Bengkulu yang Terlupakan Lalu Punah

Kompas.com - 16/03/2018, 09:32 WIB
Firmansyah,
Erwin Hutapea

Tim Redaksi

BENGKULU, KOMPAS.com - Bengkulu terkenal dengan batik besurek. Namun, jauh sebelum itu, wilayah ini memiliki tenun khas yang dinamakan delamak. Seiring waktu, saat ini tenun itu terlupakan lalu punah.

Kurator Museum Negeri Bengkulu, Muhardi, mengisahkan, batik besurek yang populer itu masuk ke Bengkulu pada abad XVI bersamaan dengan Islam.

Ia menjelaskan, jauh sebelum Islam masuk, Bengkulu memiliki kain tenun delamak asal Kabupaten Kaur, termasuk Kabupaten Rejang Lebong. Bahan dasarnya yaitu benang kloi dari tumbuhan menjalar sebagai benang. Motif yang digunakan tenun delamak yakni garis pantai, pucuk rebung, siku keluang, perahu, dan manusia.

"Saat Islam masuk, tenun delamak mendapatkan sentuhan dari batik besurek, semacam berakulturasi, kira-kira begitu," jelas Muhardi.

Baca juga: Batik Besurek dalam Pusaran Peradaban Bengkulu

Berjalannya waktu, tenun delamak tertinggal oleh batik besurek. Tenun delamak dan ambin dogan asli khas Bengkulu saat ini punah. Kepunahan tenun khas Bengkulu ini menyusul meninggalnya para penenun.

Saat ini tidak ada perajin tenun delamak dan ambin dogan, kain asli Bengkulu itu nyata sudah punah.

Kolektor dan desainer asal Kabupaten Rejang Lebong, Ahmad Barizi, menyebutkan, terdapat dua jenis kain tenun asli buatan masyarakat suku Rejang, yakni tenun delamak dan ambin dogan.

"Kalau delamak berukuran kecil, kalau ambin dogan berukuran besar," jelas Ahmad, Minggu (11/3/2018).

Tenun delamak dan ambin dogan pada ratusan tahun sebelumnya digunakan masyarakat rejang untuk keperluan adat, seperti pernikahan, kelahiran anak, dan persidangan adat.

"Ada tenun delamak dan ambin dogan yang wajib digunakan untuk mengambil sumpah dalam setiap sidang adat, namanya kain sumpah, kainnya merupakan tenun delamak," tuturnya.

Kain tenun ambin dogan, warisan masyarakat adat Rejang yang mendiami Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Saat ini tenun ambin dogan punah menyusul tidak ada lagi generasi pewaris kerajinan tenun.KOMPAS.com/FIRMANSYAH Kain tenun ambin dogan, warisan masyarakat adat Rejang yang mendiami Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Saat ini tenun ambin dogan punah menyusul tidak ada lagi generasi pewaris kerajinan tenun.

Meninggalnya perajin tenun

Meninggalnya para tetua pewaris tenun delamak dan ambin dogan melegitimasi punahnya generasi penenun kain khas masyarakat adat rejang ini.

Tak banyak generasi saat ini merasa khawatir dengan punahnya tenun delamak. Bahkan tidak sedikit generasi muda suku Rejang mengetahui bahwa ada kain lebih tua usianya dibandingkan batik besurek yang telah familiar, yakni tenun delamak dan ambin dogan.

Berbeda dengan Ahmad Barizi, sejak 20 tahun lalu ia sudah gelisah dengan punahnya tenun tua asal Bengkulu itu. Beberapa usaha ia lakukan untuk melestarikan tenun delamak dengan caranya sendiri.

"Saya kumpulkan ratusan jenis tenun delamak dan ambin dogan bersama mendiang ayah. Ini usaha untuk menyelamatkan tenun delamak dari kepunahan," ujar desainer itu.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com