YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan memilih untuk membentuk koalisi nasional dibandingkan dengan membentuk poros ketiga dalam Pemilu 2019.
"Kalau poros ketiga, poros kesatu itu kalau ada keajaiban. Poros nasional itu poros yang rasional," kata Zulkifli di sela puncak Milad Akbar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Rabu (14/3/2018) malam.
Poros nasional ini sangat mungkin terbentuk antara parpol yang ada di Indonesia.
"Saya sebut poros nasional. Ya misal di PDI Perjuangan ada Mbak Mega, ada Surya Paloh di Nasdem, Demokrat Pak SBY, Gerindra Pak Prabowo," ulasnya.
Baca juga: Bertemu Jusuf Kalla, Zulkifli Hasan Bahas Pilpres dan Pemerintahan
Ketua MPR ini berharap bahwa dalam pemilu mendatang harus mengedepankan adu ide tentang pembangunan, bukan saling menghujat sehingga persatuan dan kesatuan tetap terjaga.
"Adu konsep, adu gagasan, jangan tarung kebencian, tarung saling menghujat, apalagi bermusuhan. Ini kan tarung antara anak negeri saja," urai nya.
Disinggung mengenai potensi dirinya maju dalam pilpres mendatang dan penjaringan calon wakil presiden oleh PDI Perjuangan untuk mendampingi Joko Widodo, Zulkifli mengaku menunggu putusan partainya.
Adapun syarat calon presiden dan wakil presiden yakni diusung partai politik atau gabungan parpol memenuhi persyaratan kursi 20 persen di DPR atau memperoleh 25 persen suara sah nasional pada pemilu periode sebelumnya. Sementara PAN pada Pemilu 2014 memperoleh 24 kursi.
"Putusan kemarin capres. Cuma syaratnya berat. Oleh karena itu, kita lihatlah koalisi," ucapnya.
Baca juga: Zulkifli Hasan: Perlu Keajaiban untuk Munculkan Poros Ketiga
Zulkifli menilai yang terpenting bukan capres dan cawapres, melainkan menjaga persatuan masyarakat pada tahun politik.
"Paling penting tahun politik ini pilpres jangan sampai membuat kita berhadapan-hadapan. Pemerintah atau anti-pemerintah. Koalisi ini, koalisi itu. Jadi yang paling penting bagaimana pileg dan pilpres ini bisa bermutu, bisa bagus. Bisa menyejahterakan rakyat, bisa damai, umatnya tenteram, aman, negaranya bisa maju. Begitu kira-kira," tuturnya.