YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Mantan ketua umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Din Syamsuddin menilai, pasangan capres dan cawapres ideal harus mencerminkan kemajemukan yang ada di Indonesia.
"Saya kira ide tentang adanya duet capres-cawapres yang mencerminkan kemajemukan sedapat mungkin itu lebih bagus," kata Din di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Rabu (14/3/2018).
Dien mengatakan, latar belakang pasangan capres cawapres bisa dari berbagai kalangan. Mulai dari ulama, cendikiawan, petani, nelayan, hingga bidang lainnya.
Yang terpenting, keduanya harus bersinergi dalam memecahkan permasalahan bangsa. Apalagi ke depan, permasalahan bangsa semakin sulit. Sebab ada perubahan dalam geopolitik, geoekonomi, dan globalisasi.
(Baca juga : Survei Kompas: Pilkada Jawa Barat, Elektabilitas Deddy-Dedi 42,8 Persen, Ridwan-Uu 39,9 Persen)
"Indonesia itu berada di kawasan Asia Timur yang merupakan kawasan pertumbuhan yang tidak mudah dan harus ada kebersamaan dan strategi yang yang tepat," imbuhnya.
Din mengatakan, kemajemukan sudah ada sejak zaman Soekarno-Bung Hatta. Pasangan itu melambangkan kemajemukan serta luasnya daerah Indonesia.
Selain itu, berbagai gagasan tokoh-tokoh bangsa yang masih relevan kembali digali untuk memecahkan persoalan bangsa.
"Tri Sakti Bung Karno itu masih relevan. Berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi, dan berkepribadian secara budaya. Hanya saja hal ini belum bisa kita tetapkan," pungkasnya.