Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/03/2018, 12:38 WIB
Kontributor Kompas TV Manokwari, Budy Setiawan,
Erwin Hutapea

Tim Redaksi


RANSIKI, KOMPAS.com - Kepada Dinas Kesehatan Manokwari Selatan, Provinsi Papua Baratdr Iwan Butar Butar, memberikan penjelasan terkait pengajuan surat pengunduran diri tiga dokter umum yang bekerja di dua puskesmas di wilayah tersebut.

Dia menjelaskan, pasca pertemuan bersama ketiga dokter tersebut, alasan pengajuan pengunduran dokter ini karena memperoleh tawaran bekerja di kabupaten lainnya di Papua Barat, dengan jumlah pembayaran insentif yang lebih besar.

"Jadi ketiga dokter ini pindah karena ada tawaran insentif yang lebih besar, dan mereka berpikir itu bisa dapat meningkatkan kesejahteraannya," ungkap Iwan saat dihubungi Kompas.com, Rabu (14/3/2018).

Lanjut Iwan, untuk dr Merlyn Waromi dan dr Keis Meraujhe mengaku telah tiga tahun mengabdi di Kabupaten Manokwari Selatan sehingga dirasa cukup dan butuh tantangan baru.

Baca juga: Tak Terima Insentif, 3 Dokter di Manokwari Selatan Mengundurkan Diri

"Untuk dokter Ira Merdeka Wati, yang baru bertugas juga diajak serta. Mereka merasa bertanggung jawab karena telah membawa yang bersangkutan bekerja di Manokwari Selatan," jelas Iwan.

"Jadi pada dasarnya mereka mundur tidak ada hubungan dengan insentif, namun murni karena ada tawaran yang lebih tinggi di Kabupaten Teluk Bintuni," ucap Iwan.

Iwan juga membeberkan, insentif para dokter ini belum dibayarkan bukan karena sengaja ditahan, melainkan ada kesalahan input RKA insentif pada DPA Dinas Kesehatan Tahun 2018.

"Karena ada kesalahan ini, maka kami perlu revisi dan ini sudah kami laporkan ke Sekda sebagai Ketua Tim TAPD Manokwari Selatan," ujar Iwan.

"Hasil rapat dengan Sekda, kami akan menunggu dulu rapat Tim TAPD agar revisi yang kami usulkan khusus RKA insentif ini sah. Sekda juga menyarankan sebaiknya insentif di-pending dulu pembayarannya," sebut Iwan.

Baca juga: Gaji Terlalu Tinggi, 500 Dokter di Kanada Protes

Iwan menambahkan, karena ada revisi RKA, Dinas Kesehatan belum bisa membayar insentif bulan 1, 2, dan 3 tahun 2018.

"Uang insentifnya masih ada di kas daerah, kami masih menunggu hasil rapat Tim TAPD. Jika tim sudah menyetujui, kami akan segera mengeluarkan dan membayarkan uang tersebut," tutur Iwan.

Iwan juga berujar, dalam RKA ini, salah satu yang juga dibahas adalah insentif bidan/perawat di rumah singgah yang dianggarkan Rp 1 juta per bulan setiap orangnya, sedangkan RKA di dalam DIPA tertera Rp 3 juta untuk satu tahun. Padahal, seharusnya Rp 3 juta setiap bulan.

Kompas TV Kasus buruknya pelayanan di rumah sakit di Surabaya kembali viral di media sosial.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com