Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Penarik Perahu Tambang, Pahlawan Sungai Tuntang

Kompas.com - 14/03/2018, 11:08 WIB
Ari Widodo,
Erwin Hutapea

Tim Redaksi


DEMAK, KOMPAS.com - Langit masih terang-terang tanah. Namun, beberapa sosok sudah tampak sibuk hilir mudik di area penyeberangan Kali (Sungai) Tuntang yang membelah beberapa wilayah kecamatan di Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

Bagi para penduduk desa di wilayah timur Demak yang hendak bepergian ke wilayah perkotaan di seberang sungai, sangat tertolong dengan adanya sampan yang membawa mereka beserta barang bawaan.

Tanpa adanya alat transportasi air yang ada di dermaga penyeberangan itu, mereka harus memutar berkilo-kilometer untuk menuju wilayah perkotaan maupun jalur pantura Demak dengan berbagai tujuan.

Sampan berkapasitas 10 orang itu minimal memerlukan dua kru untuk mengoperasikannya.

Cara kerjanya sangat sederhana. Para penumpang yang rata-rata mengendarai sepeda motor ditata berjajar, kemudian "nakhoda" mulai beraksi dengan menarik tambang yang terbentang dari ujung sungai ke ujung lainnya.

Sementara "asisten nakhoda" bertugas menjaga keseimbangan dan menebarkan senyuman kepada para penumpang.

Baca juga: Sampan yang Bertahan di Tengah Deras Kemajuan Transportasi...

Para pengguna jasa sampan ini beragam usia hingga profesi, mulai dari anak sekolah, pekerja, pedagang, guru, karyawan, hingga pegawai kantoran.

Biasanya sambil menanti giliran terangkut sampan, para calon penumpang akan bersenda gurau atau hanya saling bertanya kabar.

Matahari belum beranjak jauh dari ufuk timur saat Kompas.com menyambangi dermaga yang membatasi Desa Karangsari, Kecamatan Karangtengah, dengan Desa Sumberejo, Kecamatan Bonang.

Terlihat antrean panjang calon penumpang sampan yang saat itu dioperasikan oleh sepasang suami istri, Solikudin (36) dan Musripah (32).

Warga Babadan, Kecamatan Bonang, itu sibuk mengatur para penumpang dan menjaga keseimbangan agar perahu tak oleng.

Sesekali sang istri harus menengok anak bungsunya, Qurotul Ain (5), yang berbaring di ujung sampan. Siswi taman kanak-kanak itu terus merengek dan terbatuk-batuk.

Penumpang penuh, keduanya lantas menarik tambang agar perahu bisa menyeberang.

"Orang sini bilang kalau pekerjaan yang kami lakukan namanya tambangan," kata Solikudin.

"Dulu saya cari mencawak, tidak ada kerjaan lain, sekarang kerja tambangan saja. Hitung-hitung membantu sesama. Warga kampung senang ada tambangan ini," ujar Solikudin kepada Kompas.com, Rabu (7/3/2018).

Baca juga: Warga Jalan Arus Pindahkan Motor dengan Sampan untuk Hindari Banjir

Pelajar dan karyawan memanfaatkan jasa penyeberangan Sungai Tuntang, Rabu (7/3/2018).KOMPAS.com/ARI WIDODO Pelajar dan karyawan memanfaatkan jasa penyeberangan Sungai Tuntang, Rabu (7/3/2018).

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com