Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Ferdiyanti dari Pengumpul Kotoran Sapi hingga Pengusaha Rotan

Kompas.com - 09/03/2018, 15:46 WIB
Daspriani Y Zamzami,
Reni Susanti

Tim Redaksi

Sentra Rotan

Perempuan di Gampong Gaboh dan kampung lainnya sudah lama menjual hasil anyaman rotan. Mereka menjajakan rotan untuk menambah pendapatan keluarga. 

“Ada yang menganyam dan kemudian menjual di kedai atau lapak mereka. Ada juga yang hanya mengambil hasil anyaman dari pengrajin kemudian menjualnya,” ujarnya.

Mak yan memilih hanya menganyam dan tidak membuka lapak jualan. Ia paling memajang hasil anyaman di gudang sendiri. "Namun banyak pedagang anyaman di sekitar sini, yang mengambil produk dan menjualnya,” tutur Mak Yan.

Kisah hidup Mak yang memang tidak mulus. Ia dituntut kerja keras untuk menghidupi enam orang anaknya. Sebagai tulang punggung keluarga, ia bekerja apa saja. 

(Baca juga : Kisah Tukang Tambal Ban yang Sukses Jadi Peternak Sapi Langganan Jokowi)

“Saya bekerja apa saja. Menjadi sopir pengangkut barang antar kota, pengumpul kotoran sapi, bahkan pernah menjadi pengangkut kayu dari hasil illegal logging, sampai kini memutuskan untuk mengusahakan rotan saja,” kenang Mak Yan.

Meski memiliki ilmu anyam rotan sejak kecil, ia baru serius menekuni bidang ini dan membuka usaha rotan 2014 lalu. Ia pun mendapat pembinaan dari pemerintah setempat tentang bagaimana mengembangkan usaha rotannya.

“Saya belajar usaha rotan di Pulau Jawa, kemudian ikut pameran di Jakarta, dan alhamdulillah semua memberikan kemajuan bagi usaha saya,” jelasnya.

Rotannya pun kerap diminati dan diburu pembeli. Salah satu rahasianya adalah bahan baku yang ia gunakan merupakan rotan hasil tanam di hutan. Ia membeli rotan asli tersebut seharga Rp 8.000-12.000 per kg dari warga di kampungnya. 

"Rotan itu kemudian saya bersihkan sendiri. Saya nyaris tidak pernah menggunakan rotan pabrikan atau yang dikenal dengan istilah slimit,” ujarnya.

Ferdiyanti, seorang perempuan perajin rotan asal Desa lamgaboh, Kecamatan Lhoknga Aceh Besar, sedang menganyam rotan menjadi tudung saji.KOMPAS.com/Daspriani Y Zamzami Ferdiyanti, seorang perempuan perajin rotan asal Desa lamgaboh, Kecamatan Lhoknga Aceh Besar, sedang menganyam rotan menjadi tudung saji.

Sebuah Mimpi

Saat ini, impian terbesar Mak Yan adalah menurunkan ilmu menganyam rotannya kepada anak-anak perempuan di Gampong Gaboh, Lhoknga Aceh Besar. Tujuannya, agar anak-anak perempuan ini bisa mandiri dengan memiliki keterampilan.

“Saya sering sedih jika melihat anak-anak di sekitar saya, terutama perempuan menikah sangat muda dan tidak memilki keterampilan yang menunjang hidup mereka," ucapnya.

Untuk itulah, ia selalu mengajak anak-anak menganyam rotan. Bahkan jika menerima pesanan banyak, ia kerap melibatkan anak-anak tersebut.

"Mereka boleh menganyam di rumah masing-masing. Kemudian mengantarkannya ke gudang saya jika sudah selesai sesuai waktu yang ditentukan,” sebutnya. 

Cita-cita lainnya yang terus berusaha diwujudkan Mak Yan saat ini adalah mengekspor hasil kerajinan rotannya ke luar negeri.

“Saya pernah mendapat pesanan hingga 3.000 keranjang parsel rotan dari Arab Saudi. Namun tidak bisa saya penuhi. Mulai dari situ saya bertekad bisa membagi ilmu menganyam rotan untuk perempuan di desa ini dan kemudian mengekspor hasil kerajinan kami ke luar negeri,” pungkasnya. 

Kompas TV Kreasi unik dari rotan disulap menjadi tokoh-tokoh karakter kartun yang unik dan menarik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com