Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Anak Buruh Panjat Kelapa Putus Sekolah karena Tak Mampu Beli Seragam

Kompas.com - 08/03/2018, 11:02 WIB
Junaedi,
Farid Assifa

Tim Redaksi

MAMUJU, KOMPAS.com – Nasib miris menimpa keluarga Talman. Tiga anaknya yang sebelumnya duduk bangku sekolah dasar kelas 1, 2 dan TK di Mamuju, Sulawesi Barat, kini terpaksa berhenti sekolah karena tak mampu membeli baju seragam.

Pendapatan Talman sebagai buruh panjat kelapa sebesar Rp 5.000 per pohon dan tidak menentu, tak cukup untuk menutupi kebutuhan biaya dapur, apalagi membeli seragam sekolah untuk ketiga anaknya.

Keluarga Talman tinggal di pondokan di Jalan Haji Abdul Malik, yang hanya beberapa meter dari kantor gubernur Sulbar di Kelurahan Simboro, Mamuju. Talman dan istrinya, Hamziah, bersama empat orang anaknya hidup di gubuk reyot yang berdiri di atas tanah milik orang lain.

Sebelumnya, keluarga Talman menumpang hidup di atas tanah dan pondokan warga di daerah Rangas, Mamuju. Namun karena lahan tempatnya menumpang akan digunakan sang pemilik, akhinya keluarga kecilnya pun terpaksa mencari tempat lain.

Talman memang kini sudah mendapat hunian baru. Namun anaknya sudah dua bulan tidak bisa bersekolah.

Sebelumnya, Jafar, anak sulung dari empat bersudara ini sempat bersekolah di kelas 2 SD Rangas, Mamuju. Sedangkan adiknya, Muh Rijal dan Tanti masing-masing sempat duduk di kelas 1 SD dan TK di Rangas. Sementara adik bungsunya, Rizal baru berusia tiga tahunan.

Baca juga : Demi Merawat Ibunda dan Adik Balitanya, Serli Rela Putus Sekolah

Ketiadaan seragam sekolah karena sudah usang dan robek menjadi alasan Jafar dan adiknya putus sekolah. Anak kedua Talman, Muhammad Rijal mengaku hanya duduk di teras depan rumahnya saat ia melihat anak-anak sebayanya sedang pergi sekolah.

“Biasa duduk di depan rumah lihat teman pergi sekolah,” tutur Muh Rijal, Rabu (7/3/2018).

Rijal mengaku kerap membantu ayahnya mencari nafkah dengan cara menjadi pemulung barang bekas.

Hamziah, istri Talman yang hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga ini mengaku prihatin dan cemas dengan masa depan pendidikan anak-anaknya. Ia sudah mencari SD dan TK terdekat dari pondokannya. Hanya saja Hamziah mendapat kabar bahwa siswa yang bersekolah di Simboro tempat barunya tersebut harus memakai seragam sekolah.

Hamziah mengaku suaminya hanya berprofesi sebagai buruh panjat kelapa yang digaji Rp 5.000 per pohon dan tidak menentu jauh dari cukup untuk membiayai pendidikan anak-anaknya, termasuk membeli seragam sekolah.

Hasil jerih payahnya sebagai buruh panjat kelapa tersebut hanya cukup digunakan untuk biaya kebutuhan sehari-hari, itu pun belum mencukupi.

Hamziah yang menceritakan kondisi kehidupan keluarganya yang hidup tertatih-tatih, menumpang dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Ia sempat meneteskan air mata saat ia mengaku bingung bagimana ia menyelamatkan kondisi dan masa depan anak-anaknya yang terancam putus sekolah.

“Saya cemas dan bingung Pak, bagaimana anak-anak saya ini bisa sekolah. Bapaknya cuma buruh panjat kelapa tidak mampu beli seragam sekolah,” jelas Hamziah.

Kondisi gubuk barunya di atas lahan milik orang lain itu jauh dari kesan mewah. Beberapa bagian dinding rumahnya tampak sudah bocor dan berlubang, sedangkan atap nipa gubuknya yang sudah bocor tampak ditutupi terpal plastik agar tak kehujanan.

Hamziah berharap agar pemerintah perhatin dengan kondisi kehidupan keluarga dan anak-anaknya yang terancam putus sekolah dan kehilangan masa depannya. Hamziah berharap kelak anaknya tetap bisa bersekolah seperti anak-anak lainnya.

Baca juga : Bocah Yatim Piatu Ini Terpaksa Tak Sekolah karena Jualan Sayur Keliling Kampung

Talman, ayah keempat bocah ini sebelumnya bekerja sebagai pemanjat kelapa. Beberapa pekan terakhir, ia terpaksa beristirahat di rumah karena jatuh sakit.

Keluarga yang tak punya BPJS ini ingin sekali berobat ke rumah sakit untuk memeriksakan kondisi kesehatannya. Namun karena alasan tidak memiliki biaya, ia terpaksa mengurungkan niatnya berobat ke rumah sakit.

Talman dan istrinya hanya berharap, pemerintah bisa memberi keringanan biaya, termasuk seragam sekolah agar anak-anak yang putus sekolah bisa kembali bersekolah seperti anak-anak seusianya.

Kompas TV Remaja di Lombok mencuri barang di sejumlah tempat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com