Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makanan Khas Sunda Lotek Diyakini Bisa "Go International"

Kompas.com - 07/03/2018, 15:38 WIB
Irwan Nugraha,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yakin bahwa makanan Sunda bisa terkenal dan merambah ke luar negeri (go international) karena rasanya tak kalah enak dengan makanan modern.

Dirinya pun mencicipi salah satu makanan Sunda lotek atau sejenis pecel saat melanjutkan blusukannya di salah satu warung kecil milik warga di Kampung Cibulus, Desa Karangpatri, Kecamatan Pebayuran, Kabupaten Bekasi, Rabu (7/3/2018).

Dedi menilai, makanan Sunda sangat enak dan banyak yang sudah terkenal. Salah satunya sate Maranggi dan karedok yang mudah dijumpai di hotel atau restoran kelas atas.

Menurutnya, orang Sunda memiliki makanan sejenis salad bernama lotek. Namun secara resep, proses pembuatan lotek lebih rumit dibanding dengan salad.

Lotek terbuat dari bahan sayuran yang telah dikukus terlebih dahulu, kemudian diaduk dengan saus kacang dalam cobek. Sementara, salad lebih praktis karena hanya berisi sayuran mentah dicampur dengan mayonaise.

Baca juga : Semoga Nasi Liwet Bisa Populerkan Makanan Khas Sunda Lainnya

Melihat kerumitan pembuatan lotek, Dedi mengatakan sudah saatnya lotek bersaing dengan makanan internasional.

"Salad dan lotek itu memiliki kesamaan. Bedanya, kalau salad disentuh oleh koki profesional dan internasional. Kalau lotek masih dibuat secara tradisional. Proses membuat salad diajarkan di sekolah tata boga, sementara lotek tidak," katanya.

Menurut Dedi, lotek harus mulai dibuat oleh tangan-tangan terampil koki internasional. Ia pun siap mendorong kesejajaran antara salad dan lotek.

"Saya bertekad mendorong lotek agar dikenal masyarakat luas. Ke depan, penyajiannya harus sempurna dan dilakukan oleh tangan-tangan terampil," ujarnya.

Sumbang saran terkait penyajian dan pemasaran itu disampaikan oleh pria yang lekat dengan iket Sunda berwarna putih itu kepada Mak Namih (54). Mak Namih merupakan seorang pedagang lotek di desa setempat dengan omzet Rp 150.000 sehari.

Di tempatnya berjualan, Dedi Mulyadi membuat lotek sendiri tanpa bantuan Mak Namih. Dia menikmati lotek buatannya sambil berbincang dengan sang pedagang.

"Makanan apa sih yang sekarang tidak digemari kalau penyajiannya bagus. Kalau penyajian dan penataannya sempurna, saya yakin lotek bisa bersaing," katanya.

Soal kuliner, Purwakarta sebagai kabupaten yang pernah dipimpin oleh Dedi Mulyadi selama dua periode sudah berhasil mem-branding sate maranggi.

Baca juga : Ketika Dedi Mulyadi Tantang Petani Adu Cepat Menyabit Padi di Sawah

Beberapa food truck di Amerika Serikat menjual makanan khas Purwakarta tersebut dengan cara berkeliling. Di Purwakarta sendiri, Sate Maranggi Hj Yetty Cibungur bisa menghabiskan beberapa ekor sapi sehari untuk bahan baku sate.

Namun Dedi mewanti-wanti agar lotek tidak dijual secara online. Sebab, jika tidak dimakan begitu selesai dibuat, akan terjadi perubahan rasa pada lotek tersebut.

"Saya kira tidak bisa dijual online ya. Lotek ini kan begitu selesai dibuat harus segera dimakan. Tiga puluh menit saja lewat, itu akan terjadi perubahan rasa," pungkasnya.

Kompas TV Bagaimana jadinya kalau musik Sunda dipadu dengan yoga?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com