Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tingkah Laku Harimau yang Memangsa Jumiati Berubah, Ini Penyebabnya

Kompas.com - 07/03/2018, 06:49 WIB
Citra Indriani,
Farid Assifa

Tim Redaksi

PEKANBARU, KOMPAS.comHarimau sumatera yang memangsa Jumiati, warga Desa Tanjung Simpang, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Riau, masih belum ditangkap oleh petugas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau.

Binatang buas itu kerap muncul di permukiman warga setempat. Bahkan, tim di lapangan yang berupaya menangkap juga sering bertemu harimau tersebut.

Kepala BBKSDA Riau, Suharyono mengungkapkan, harimau yang diduga memangsa Jumiati telah berubah tingkah lakunya.

"Dari hasil perjumpaan kita, diambil beberapa kesimpulan antara lain, dicurigai harimau sumatera yang memangsa warga (Jumiati) itu si Bonita yang kita beri nama sebelumnya dan berjenis kelamin betina," tutur Suharyono saat berbincang dengan Kompas.com, Selasa (6/2/2018).

Baca juga : Tim Gabungan Terus Cari Harimau yang Bunuh Wanita Pekerja Sawit di Riau

Dia mengatakan, harimau tersebut diamati secara terus menerus. Hal itu dilakukan untuk upaya observasi atau penyelamatan harimau.


Perubahan tingkah laku yang dialami Bonita, misalnya tidak takut dengan manusia dan sering mendekati kendaraan. Sebab, warga dan tim di lapangan sering bertemu dari jarak dekat.

"Dari keterangan ahli, Bonita berubah tingkah laku akibat pengaruh sistem syaraf dia," ujar Suharyono.

Kerja syaraf Bonita, sambung dia, terpengaruh penyakit yang mungkin terbawa karena sering memangsa ternak warga, seperti ayam, kambing dan anjing.

"Mungkin hewan yang dimangsa itu dalam kondisi tidak sehat, sehingga virusnya berimigrasi mengubah syarafnya," kata Suharyono.

Baca juga : Nasib Tragis Harimau Sumatera, Bangkai Digantung, Sebagian Organ Hilang

Sementara itu, penangkapan ditargetkan tidak melukai ataupun membuat cacat si raja hutan tersebut.

Oleh karena itu, lima orang tim medis telah dikirim ke lokasi untuk melakukan upaya penangkapan.

"Sampai hari ini, tim medis telah melakukan evaluasi. Rencananya akan dibius. Bukan ditembak bius. Tapi dipancing dengan makanan yang diberi zat adiktif. Setelah harimaunya lemah, baru dilakukan suntik bius," jelas Suharyono.

Kompas TV Ironisnya, harimau yang masuk dalam daftar satwa rawan punah ini jadi bahan tontonan warga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com