Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarawan Inggris: Gus Dur dan Ahok seperti Soekarno dan Diponegoro

Kompas.com - 02/03/2018, 21:12 WIB
Dani Julius Zebua,
Farid Assifa

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com — Pahlawan Nasional Pangeran Diponegoro dan Presiden  Soekarno, menurut sejarawan asal Trinity Collage Oxford University di Inggris, Peter Carey, merupakan sosok ratu adil pada masanya. Keduanya muncul saat rakyat berada dalam tekanan hidup dan memerlukan keadilan.

Bagi Peter, ratu adil bukan sekadar sosok, tetapi juga keadilan sosial ketika rakyat merasakan hidup sejahtera, dengan pemimpinnya yang benar-benar mengingat dan mencintai rakyat. Dalam diri Diponegoro dan Soekarno terdapat upaya mewujudkan keadilan sosial itu. Inilah inti perjuangan kedua tokoh.

“Ini (mereka hidup di) zaman kegelisahan. Takdir yang apes,” kata Peter dalam Seminar Nasional dengan tema "Diponegoro dalam Sejarah dan Memori di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru RI" di Wates, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta, Jumat (2/3/2018).

Kemunculan kedua tokoh itu terasah lewat kesulitan hidup rakyat pada masanya. Tokoh lain akan terus bermunculan untuk mewujudkan keadilan sosial itu di masyarakat yang mengalami tekanan. Mereka hadir pada masa karut-marut dan membuat perubahan, seperti Diponegoro dan Soekarno.

Menurut Peter, presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid atau dikenal sebagai Gus Dur merupakan salah satunya. Di balik kelemahannya secara fisik, Gus Dur memiliki dedikasi besar kepada keberagaman di negeri ini. Gus Dur menjadi sosok yang menjaga keberagaman dan semangat kebinekatunggalikaan.

Setelah Presiden Soeharto jatuh, kondisi negeri karut-marut dan melukai keadilan bagi kelompok minoritas. Gus Dur muncul dengan membuat banyak kebijakan yang menjadi landasan bagi kerukunan antarras.

Baca juga: Gus Dur, Gus Mus, dan Jalan Cinta untuk Diplomasi Israel-Palestina

Saat itu, tekanan militer pada rakyat masih sangat kuat. Pasca-kerusuhan Mei 1998, Gus Dur mendorong banyak inisiatif, termasuk di antaranya mendorong etnis Tionghoa bisa memiliki hak yang sama dengan warga lain.

“Dia membuat landasan bagi dunia baru. Saat itu premanisme militer pada rakyat juga tidak bisa lagi,” kata Peter.

Setelah sekian lama berselang, muncul lagi sosok Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Menurutnya, mantan Bupati Belitung itu memiliki karakter bicara spontan dan apa adanya seperti Diponegoro. Dengan gayanya, Ahok dinilai berjasa membuat perubahan bagi Kota Jakarta.

Setidaknya ini tampak dari pendapatan daerah yang melonjak berlipat. Menurut Peter, ini persoalan kemampuan administrasi sebagai bagian dari keahlian terpenting bagi seorang pemimpin yang membawa perubahan.

“Jangan bertanya ke saya bagaimana 4-5 tahun Jakarta bisa 4-5 kali lebih kaya,” kata Peter.

“Ini seperti Diponegoro yang jago administrasi, sangat tepat dan sangat ulung,” kata Peter.

Di era Joko Widodo menjadi presiden RI juga cukup banyak sosok pendobrak dalam situasi sulit. Ia mencontohkan Ignasius Jonan saat menjadi Menteri Perhubungan.

Peter mengenal perkembangan angkutan kereta api di negeri ini. Pada masa lalu, naik kereta seperti sebuah siksaan karena padat, penuh dengan orang berdagang, mengamen, dan sangat kotor.

“Sebagai seorang antropolog dan sosiolog (seperti Peter) mungkin menarik untuk satu dua kali naik dengan semua orang itu,” kata Peter.

Baca juga: Ahok Dapat Uang Banyak dari Penjualan Buku, Lebih Kaya di Penjara...

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com