Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dedi Mulyadi: Satu Dokter Satu Desa Atasi Masalah Kesehatan Warga Miskin

Kompas.com - 01/03/2018, 19:19 WIB
Irwan Nugraha,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi memiliki gagasan untuk menanggulangi permasalahan kesehatan warga miskin, yakni mendatangkan dokter ke rumah-rumah. Ide tersebut sudah diterapkan dia selama menjabat bupati Purwakarta.

"Kalau selama ini mengandalkan upaya penyembuhan menurut saya itu berat. Kalau sudah bicara penyakitnya kanker, ginjal, liver, itu sudah sangat berat. Menurut saya, satu desa harus ada satu dokter," jelas Dedi kepada wartawan saat menyusuri gang-gang sempit di kawasan Cikarang Kota, Kabupaten Bekasi, Kamis (1/3/2018).

Selain dokter melayani ke rumah warga miskin, ahli kesehatan itu pun akan menganalisa faktor yang menyebabkan munculnya penyakit di wilayah itu. Mulai dari faktor lingkungan, kebiasaan masyarakat dan sosialisasi cara hidup sehat.

Jika nantinya dokter mampu menurunkan angka orang sakit di desa tersebut, maka gajinya akan dinaikkan.

"Upaya preventif kesehatan ini salah satu program satu desa satu kota yang dicanangkannya. Jadi angka kesehatan warga akan meningkat dengan kinerja menyeluruh satu dokter satu desa tersebut. Semakin kecil angka penyakit di desa itu, akan semakin naik gaji dokter tersebut," tambah dia.

Baca juga : Dedi Mulyadi Yakin Dana Pemprov Jabar Cukup untuk Program Jaminan Hari Tua

Dedi mencontohkan, di suatu desa terdapat 50 pasien yang diobati. Gaji dokternya sebesar Rp 10 juta. Jika pasiennya bisa menurun sampai 10 orang atau malah lebih, maka gajinya akan dinaikkan sampai Rp 30 juta per bulan.

"Jadi semakin kecil angka pasien di desa itu, gaji dokter akan semakin naik. Jadi bukan sebaliknya," tambahnya.

Upaya pencegahan penyakit dengan jemput bola tersebut, kata Dedi, nantinya akan terintegrasi dengan program 5.000 kampung yang akan dilakukannya di Jawa Barat jika terpilih.

Dengan demikian, warga yang tinggal di perkampungan selain ditata pembangunan dengan ahli tata ruang rumahnya bebas banjir, juga akan mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal dari pemerintah.

"Sekarang kan terbalik sistemnya, orang sakit yang mendatangi dokter, kalau nanti dokter lah yang mengunjungi orang sakit. Ini budaya Sunda dulu di mana seorang 'paraji' atau orang yang membantu melahirkan mendatangi ibu hamil. Jadi kalau sekarang ibu yang melahirkan mendatangi seorang bidan, kasihan keburu lahiran di jalan," kata dia.

Baca juga : Dedi Mulyadi: Pembangunan Tak Berbasis Lingkungan Jadi Penyebab Banjir

Jika nantinya gagasan ini tak dilaksanakan, Dedi meyakini di setiap desa akan ditemukan warga kurang mampu mengidap liver, paru-paru, kanker dan penyakit lainnya.

Selama blusukannya di Cikarang, Bekasi, Dedi mengunjungi puluhan warga tak mampu yang memiliki penyakit akut. Kendala ekonomi dan kurangnya pengetahuan kesehatan menjadi faktor penyebab warga di perkampungan memiliki penyakit berbahaya.

Kompas TV Beragam cara dilakukan para pasangan calon, salah satunya sosialisasi ke redaksi media.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com