Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dedi Mulyadi: Pembangunan Tak Berbasis Lingkungan Jadi Penyebab Banjir

Kompas.com - 28/02/2018, 21:43 WIB
Irwan Nugraha,
Erwin Hutapea

Tim Redaksi

CIREBON, KOMPAS.com - Calon wakil gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menemukan beberapa persoalan serius akibat gagal paham pembangunan di Jawa Barat.

Pembangunan yang tak berbasis lingkungan selama ini di beberapa daerah Jawa Barat menyebabkan berbagai bencana alam, terutama banjir pada musim hujan.

Hal itu terlihat saat dia menyusuri perkampungan di Kabupaten Bekasi, Kuningan, dan Cirebon, dan menemukan persoalan yang sama, yakni banjir tiap tahun akibat meluapnya aliran sungai.

Banjir tersebut pun menjadi momok menakutkan bagi masyarakat setempat dan para petani, yakni hilangnya harta benda, gagal panen, sampai munculnya korban jiwa. Penyebab banjir disinyalir karena pembangunan selama ini yang tak mengindahkan kelestarian dan mengubah fungsi lahan.

"Pembangunan tak berbasis lingkungan pasti akan menyebabkan banjir di lingkungan sekitarnya. Penanganannya melalui pembangunan yang harus holistik, dari hulu hingga hilir. Dalam konteks Jawa Barat, daerah selatan sebagai penyangga hutan dan mata air itu tidak boleh diganggu. Kalau terjadi penebangan hutan di sana, ya banjir di mana-mana. Daerah utara akan terdampak juga," jelas Dedi kepada wartawan di lokasi banjir bandang di Desa Ciledug Lor, Kecamatan Ciledug, Kabupaten Cirebon, Rabu (28/2/2018).

Baca juga: Ditengok Dedi Mulyadi, Korban Banjir Bandang di Cirebon Minta Peralatan Mandi

Selama ini, tambah Dedi, bencana alam yang terjadi di suatu wilayah pasti ada solusi penanggulangannya. Dia pun meyakini kalau sungai difungsikan sesuai dengan yang seharusnya, tentu tak akan terjadi banjir.

"Sungai harus segera dikeruk dari hulu hingga hilirnya. Kita ini sibuk di hilir, tapi tidak memperhatikan hulu. Kemudian di bagian hulu, hutan-hutan harus ditanami pohon kembali," kata Dedi.

Selain itu, lanjut Dedi, pemasangan gorong-gorong tidak boleh menghambat aliran air. Lebih jauh, perilaku hidup masyarakat yang sering membuah sampah ke sungai pun menjadi perhatian khusus.

"Kalau pasang gorong-gorong, itu tidak boleh menghambat air. Jembatan di sungai pun harus dibuat melengkung. Nanti, jika ada aliran air yang besar tidak membentur dinding jembatan," ujar dia.

Baca juga: Cegah Kerugian dari Gagal Panen, Dedi Mulyadi Siapkan Asuransi Petani

Berdasarkan falsafah kesundaan, Dedi memahami pembangunan harus berdasarkan trilogi pembangunan Jawa Barat, yakni leuweung kudu diawian (hutan harus berisi pohon), lengkob kudu balongan (lembah harus diisi kolam), dan lebak kudu di sawahan (daerah rata harus ditanami padi).

"Kalau tiga prinsip ini hilang dalam pembangunan berwawasan lingkungan, maka banjir dan bencana alam akan terus terjadi," tuturnya.

Kompas TV Dedi menilai hal itu merupakan dukungan karena adanya hubungan kedekatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com