NUNUKAN, KOMPAS.com – Warga di wilayah perbatasan Kecamatan Lumbis Ogong, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, meminta pemerintah mengaktifkan kembali bandara perintis. Bandara tersebut telah lama mangkrak untuk memutus keterisolasian.
Anggota DPRD Nunukan Kalimantan Utara, Karel Sompotan mengatakan, selama ini warga di Kecamatan Lumbis Ogong kesulitan jika akan bepergian. Satu-satunya moda transportasi yang bisa digunakan hanya perahu. Perahu ini harus menyusuri sungai berarus deras.
“Transportasi kalau lewat pesawat akan cepat dan mudah daripada ikut sungai. Kalau sudah kecil, air pakai ketinting orang. Kalau dia memang air tidak pas, kita yang angkat itu perahu,” ujarnya, Rabu (28/2/2018).
Karel menambahkan, dengan difungsikannya bandara perintis, warga dengan mudah bisa menjangkau kabupaten/kota. Ketergantungan warga terhadap Malaysia juga bisa dikurangi. Sebab, jarak yang dekat ke Malaysia, membuat warga membeli sembako dari Malaysia.
(Baca juga : Listrik Nyala Hanya 12 Jam, Warga di Perbatasan Nunukan Protes)
“Untuk menuju kabupaten/kota, warga mengeluarkan biaya lebih dari Rp 1,5 juta dengan jarak tempuh lebih dari 8 jam. Kalau ke Malaysia, cukup 1,5 jam melalui sungai,” imbuhnya.
Bandara Tao Lumbuis di Kecamatan Lumbis Ogong Kabupaten Nunukan telah puluhan tahun mangkrak. Keberadaan bandara perintis Tao Lumbis dibangun oleh Mission Aviation Fellowship (MAF) untuk pembangunan gereja pada tahun 1970an.
“Itu dulu dibangun misi gereja yang MAF itu kalau ada kunjungan pendeta, sakit, atau segala. Itu berhenti tahun 2007,” ucap Karel.