Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Becak Listrik Tenaga Surya Karya Pak Guru untuk Yogyakarta Tercinta

Kompas.com - 28/02/2018, 08:00 WIB
Wijaya Kusuma,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

Gubernur DIY Sultan HB X juga berpesan kepada Raden Sunarto agar becak listrik tenaga surya karyanya bisa berguna dan digunakan oleh masyarakat Yogyakarta.

Raden Sunarto bersama timnya lantas memproduksi kembali becak listrik tenaga surya. Raden dan tim bekerja sama dengan produsen becak manual Sinar Laut di Bantul.

Namun untuk kali ini, dirinya menciptakan becak listrik tenaga surya generasi dua. Perbedaan yang mendasar adalah pada letak panel surya.

Pada generasi pertama, panel surya ditempatkan di spakbor belakang, sedangkan generasi kedua diposisikan di atas atap becak.

"Dari masukan masyarakat dan kepolisian, saya mengkreasi generasi dua dengan panel surya di atas atap becak. Soalnya yang generasi pertama panel surya yang di spakbor belakang terlalu lebar dan panjang sehingga menganggu lalu lintas," ungkap Sunarto.

Selain posisi panel surya, kecepatan dan tenaga becak listrik generasi kedua juga ditambah. Kapasitas baterai juga bertambah menjadi 104 volt dan kecepatan menjadi 30 km/jam.

"Yang generasi kedua ini, selain mengisi dengan panel surya, tenaga juga bisa diisi dengan listrik. Jadi kalau cuaca mendung atau sedang di rumah bisa di tetap mengisi," ungkapnya.

(Baca juga: "T-Rex" Berjalan Penarik Gerobak di Jogja, Buah Karya Remaja Lulusan SMK)

Keistimewaan becak listrik tenaga surya ini selain bisa mengisi setiap saat, juga ramah lingkungan. Becak ini tidak menimbulkan polusi udara karena bertenaga listrik. Selain itu, mesin juga tidak menimbulkan kebisingan saat digunakan.

"Ramah lingkungan, tidak menimbulkan polusi udara tidak bising juga. Satu unit becak listrik menghabiskan biaya Rp 12 sampai Rp 14 juta," ujar Sunarto.

Tukang becak, lanjutnya, dapat dengan mudah mengetahui daya habis atau masih penuh sebab spedometer daya dipasang di bodi becak.

"Warna merah menunjukkan baterai habis, kuning berarti baterai tinggal sedikit, dan hijau baterai penuh," tuturnya.

Meski menggunakan tenaga surya, namun tukang becak tetap harus mengayuh ketika awal berjalan. Sebab untuk membantu tenaga listrik.

"Di jalan menanjak juga harus membantu mengayuh," tuturnya.

Pasca-pergantian presiden, becak listrik dihibahkan untuk SMK Piri I Yogyakarta. Becak listrik ini boleh diberdayakan untuk masyarakat.

"Di saat Presiden Joko Widodo, becak listrik yang sudah diserahkan ke kementerian kembali dihibahkan ke sekolah. Becak boleh diberdayakan untuk masyarakat dan sekarang bisa disewa," kata Raden.

Menurut dia, 10 unit becak listrik tenaga surya ini sudah disewakan ke para tukang becak di Yogyakarta dan beberapa hotel. Uang sewa per minggunya antara Rp 50.000 sampai Rp 70.000.

"Produk ini juga tidak kami patenkan agar semua orang bisa membuat dengan teknologi ini. Kami kan sekolah, jadi agar ilmu ini bisa berguna untuk semua," tegasnya.

Sujatno adalah salah satu tukang becak yang menyewa becak listrik tenaga Surya karya SMK Piri I Yogyakarta.

"Sudah lima bulan ini. Saya sewa per minggunya Rp 50.000," ucapnya.

Warga Wonogiri ini pun mengaku sangat terbantu dengan menggunakan becak listrik tenaga surya. Sebab, saat ini dirinya tidak sepenuhnya menggunakan tenaga untuk mengayuh becak.

"Dulu kan manual, full tenaga mengayuh. Sekarang tenaga manusianya sudah berkurang sampai 70 persen, hanya kalau posisi menanjak masih harus sedikit mengayuh," tuturnya.

Menurut pria yang sudah menekuni profesi menjadi tukang becak sejak SMA ini, wisatawan lokal maupun asing tidak mempermasalahkan becak listrik tenaga surya ini. Bahkan mereka lebih suka, karena cepat. Selain itu, bentuk becak tetap sama, tidak menghilangkan khas becak.

"Mereka suka, becak tidak berubah, tetap sama seperti masih ada pedal kayuhnya. Ramah lingkungan, tidak bising dan tentunya lebih cepat," tuturnya.

 

Kompas TV Dalam uji coba ini, 10 atlet Indonesia berlaga melawan 10 atlet Tiongkok
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com