Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Kreatif Bapak-bapak Kompleks Sulap Jins Bekas Jadi Tas Lucu

Kompas.com - 26/02/2018, 13:41 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Ini cerita tentang bapak-bapak di Banyuwangi, Jawa Timur, yang punya cara unik untuk memanfaatkan celana jins bekas dengan mengubahnya menjadi tas-tas cantik nan unik.

Tas-tas hasil karya bapak-bapak yang tergabung dalam komunitas Padepokan ASR ini terbang hingga ke Bali dan Jakarta.

Bambang Hermanto (34), anggota Padepokan ASR, mengatakan, rata-rata ada sekitar 60 tas yang laku dalam sebulan. Seluruh anggota Padepokan ASR juga membantu penjualan baik lewat mulut ke mulut ataupun melalui media sosial secara pribadi.

Padepokan ASR yang berasal dari singkatan perumahan tempat tinggal mereka yaitu Agus Salim Residance sengaja dibentuk untuk mewadahi warga lingkungan sekitar untuk peduli dengan lingkungan salah satunya dengan memanfaatkan sampah.

"Jadi yang punya celana celana jins bekas dikumpulkan dan ada bapak di sekitar sini yang bisa menjahit karena dulu sempat jadi pengrajin kulit di Bali. Dia yang mengajari membuat tas dari celana jeans bekas. Saat kita coba tawarkan tasnya ternyata banyak yang suka," kata Bambang, Sabtu (24/2/2018).

Tas cantik dari celana jeans bekas yang dibuat oleh bapak-bapak perumahan  Perumahan Agus Salim Residance yang tergabung dalam komunitas Padepokan ASR KOMPAS.com/IRA RACHMAWATI Tas cantik dari celana jeans bekas yang dibuat oleh bapak-bapak perumahan Perumahan Agus Salim Residance yang tergabung dalam komunitas Padepokan ASR
(Baca juga: "Ibu-ibu, Bapak-bapak, Saya Minta Maaf karena 'Nerobos' Palang Kereta")

Dari satu penjualan tas, maka akan diambil Rp 5.000-Rp 10.000 untuk kas Padepokan ASR yang dimanfaatkan untuk kegiatan lainnya seperti pembuatan kompos atau pemeliharaan lele di selokan depan rumah serta pembuatan biopori.

"Harganya tasnya paling mahal Rp 180.000 tergantung model. Kalau mau bawa celana bekas jins miliknya sendiri juga nggak apa-apa," kata Bambang.

Sementara itu, Zainus Sho'im (42), anggota Padepokan ASR, yang sejak awal adalah penjahit tas dari celana jins bekas mengatakan, dia sudah menekuni pembuatan tas dan dompet dari kulit sejak tahun 1998.

Saat itu, dia membuka praktik di Bali dan baru kembali ke Banyuwangi sejak lima tahun terakhir. Dia kemudian bergabung di Padepokan ASR sejak setahun terakhir.

"Berawal dari iseng, akhirnya muncul ide bagaimana memanfaatkan celana jins bekas. Biasanya kan sobek atau enggak muat. Kalau dibuang juga jadi sampah ya lebih baik dimanfaatkan," ungkapnya.

(Baca juga: Kepala Rudenim: Banyak Pengungsi Selingkuhi Istri Warga Makassar)

Rata-rata, satu hari dia bisa menyelesaikan dua model tas sederhana, namun jika berbentuk ransel, satu hari hanya satu tas.

"Paling lama itu bongkar celananya. Rumit. Yang biasanya dimanfaatkan bagian paha dan juga saku untuk hiasan," ucapnya.

Satu celana jins ukuran cewek hanya bisa dijadikan satu tas selempang karena untuk tali selempang membutuhkan banyak kain jarena panjang.

Untuk menjaga kualitas, dia memilih resleting dan juga aksesoris tas yang terbuat dari kuningan bukan dari plastik. Dia juga memodifikasi kain celana jeans bekas dengan kain tenun dan batik.

"Jika sudah bagus gini, siapa yang nyangka kalau berasal dari celana jins. Kalau cuma jadi sampah ya paling jadi gombal. Karena buatnya manual. Enggak ada tas yang sama kayak pabrikan. Modelnya bisa sama tapi motifnya pasti beda dapat dari celana jinsnya," pungkasnya.

 

 

Kompas TV Mobilnya ditabrak kereta api Mutiara Timur, jurusan Yogyakarta-Banyuwangi di Desa Labanasem, Kecamatan Rojojampi, Banyuwangi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com