Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/02/2018, 11:01 WIB
Andi Hartik,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.comPanglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan,terdapat tiga macam ancaman yang sedang mengintai Indonesia. Di antaranya adalah ancaman siber, ancaman biologi, dan ancaman kesenjangan.

Hal itu disampaikan Hadi saat menghadiri Silaturahmi Tokoh Masyarakat Malang Raya di Masjid Sabilillah Kota Malang, Jumat (23/2/2017) malam.

Hadi menjelaskan, ancaman siber merupakan ancaman global yang sedang dihadapi TNI dan Polri. Salah satu bentuk ancaman siber adalah membuat keresahan di tengah – tengah masyarakat.

Ia mengatakan, ada berbagai kejadian yang sebenarnya masih bisa dikendalikan namun melalui media sosial dibesar – besarkan. Akibatnya, masyarakat yang sekedar mengetahui dari media sosial menjadi resah.

Baca juga: Panglima TNI: Biarkan Pesta Demokrasi Diramaikan Rakyat, Kita Menjaga Saja

“Bayangkan dengan digital, menggunakan siber, permasalahan kecil saja diplintir dimasukkan kepada sosial media, Facebook, Twitter. Semuanya berpikir apa benar sekarang ya ada masif, ada gereja dirusak, ada ustadz dipukuli. Jawabnnya iya, tapi itu kecil, tidak dibesar – besarkan,” katanya di hadapan para tokoh masyarakat yang datang.

“Akhirnya apa, resah. Kita harus menyampaikan itu ada, tapi tidak sebesar itu dan bisa kita identifikasi dan bisa kita kendalikan,” tambah dia.

Tidak sekedar itu, ancaman siber juga terjadi melalui pembinaan digital. Dikatakannya, ada upaya mengumpulkan data analisis terhadap pengguna media sosial. Sehingga, pengguna media sosial itu bisa diidentifikasi untuk kemudian dilakukan pembinaan secara digital. Hal ini menjadi ancaman jika pembinaan yang berlangsung mengarah pada sesuatu yang negatif.

“Mulai dari profiling data, data analisis. Akhirnya pemuda – pemuda yang tidak kuat mentalnya, sering buka internet, kemudian mulai dimonitor oleh aktor–aktor non-state, dibina. Oh anak ini kok senangnya buka cara bikin mercon. Diberi kiriman dengan sosmed. Ini loh kalau ingin lebih, ada. Dibesarkan lagi akhirnya bom. Dan mereka terus didoktrin,” kata dia.

Ancaman berikutnya adalah ancaman biologi. Hadi menyebutkan, ancaman tersebut berkaitan dengan keberlangsungan hidup masyarakat. Ia lantas menyinggung soal maraknya penyakit difteri dan wabah campak di Papua.

Menurut dia, penyakit difteri yang belakangan marak dan wabah campak yang menyerang warga di Kabupaten Asmat, Papua itu bisa terjadi secara natural atau disengaja.

“Kadang – kadang kita dikagetkan dengan berita di media bahwa, waduh ternyata banyak penyakit difteri, di Papua sana ada penyakit campak. Kita haya berfikir bahwa itu natural, tapi kita harus berfikir bahwa mengembangkan virus itu juga mudah,” katanya.

“Kita tidak bisa hanya mengatakan bahwa itu adalah by natural, bisa juga by design. Sehingga kita memerlukan orang – orang pintar, seorang dokter, seorang farmasi yang bisa mengidentifikasi apakah penyakit itu datangnya secara alami ataukah penyakit itu datang by design,” lanjut dia.

Ancaman berikutnya adalah ancaman kesenjangan. Hadi mengatakan, perkembangan teknologi yang semakin pesat menyebabkan terjadinya kesenjangan di tengah–tengah masyarakat. Kesenjangan itu, dikatakannya bisa menjadi alat untuk menghancurkan sebuah bangsa.

“Di situ lah mulai terjadi ketimpangan, kesenjangan, terjadi yang namanya liberalisasi menuju kapitalisasi. Mulailah mucul lagi radikal, muncul lagi populis, karena kita tidak menguasai teknologi. Dan itu adalah senjata yang paling ampuh untuk bisa menghancurkan dengan kesenjangan,” katanya.

Tiga ancaman itu menurut Hadi bisa diatasi jika generasi penerus bangsa ini merupakan generasi yang pintar, berpendidikan dan beradab.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com