Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jembatan “Saksi” Agresi Militer Belanda II Itu Akhirnya Runtuh…

Kompas.com - 23/02/2018, 07:57 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana,
Erwin Hutapea

Tim Redaksi

TEMANGGUNG, KOMPAS.com – Jembatan yang melintas di atas Sungai Progo, Kecamatan Kranggan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, runtuh pada Rabu (21/2/2018) malam. Jembatan tua itu tidak lagi mampu menahan gempuran alam.

Darmadi (65), warga setempat, menceritakan, hujan deras yang mengguyur wilayah Temanggung beberapa waktu terakhir telah menggerus jembatan peninggalan kolonial Belanda 1949 itu.

“Sebelum roboh, terdengar suara gemuruh keras. Saya kira longsor, ternyata jembatan sudah runtuh. Sejak Rabu sore memang hujan sangat deras,” kata Darmadi, Kamis (22/2/2018) siang.

Menurut dia, deras hujan menyebabkan debit air Sungai Progo meningkat sehingga mengikis bangunan fondasi di bawah jembatan. Terlebih lagi, struktur bangunan jembatan yang tak lagi kokoh karena dimakan usia.

“Jembatan ini sudah puluhan tahun tidak digunakan. Kondisinya memang memprihatinkan, bagian kayu dasar aspal jembatan itu sudah banyak yang lapuk dan berlubang,” kata penjaja buah durian itu.

Baca juga: Baru Dua Bulan Diresmikan, Jembatan Sunut Ambrol Diterjang Banjir

Peristiwa itu tidak menyebabkan korban jiwa maupun luka. Arus lalu lintas pun masih lancar karena jembatan tersebut sudah tidak lagi digunakan. Kendaraan dari Magelang ke Temanggung maupun sebaliknya sudah menggunakan jembatan baru di sisi utara jembatan itu.

Di ujung jembatan, di sisi barat, biasanya menjadi lokasi berjualan para pedagang durian. Kawasan itu hampir tidak pernah sepi oleh pencinta durian yang ingin menikmati buah beraroma khas itu sembari menikmati suasana Sungai Progo.

Lokasi pembantaian Agresi Militer Belanda II

Begitu juga di ujung timur jembatan, terdapat makam pahlawan nasional Mayjen TNI Bambang Soegeng. Makam ini menjadi lokasi Pemerintah Kabupaten Temanggung menggelar tradisi doa bersama dan tabur bunga setiap Hari Pahlawan pada 10 November.

Kepala Dandim 0706 Temanggung Letkol Arm Yusuf Setiaji menceritakan, tradisi itu bertujuan untuk mengenang para pejuang yang gugur dibantai oleh pemerintahan kolonial Belanda ketika masa agresi Belanda II puluhan tahun silam.

Di jembatan itu, ribuan nyawa rakyat Indonesia melayang. Setelah ditangkap tentara Belanda, tubuh mereka diikat di tiang-tiang jembatan, kepala ditutup, lalu ditembak atau dipenggal kepalanya.

Kemudian, jasad para pejuang itu diceburkan ke Sungai Progo yang ada di bawah jembatan tersebut. Untuk sekian lama, air sungai berubah menjadi merah.

“Akibat pembantaian massal itu, air Progo berubah warnanya menjadi merah darah, saking banyaknya darah para pejuang tersebut,” terang Yusuf.

Baca juga: Jembatan di Pekalongan Roboh, Perekonomian Warga Terganggu

Pemerintah daerah pun membangun monumen Bambu Runcing di ujung timur jembatan untuk mengingatkan masyarakat tentang perjuangan rakyat Indonesia pada masa itu. Di dekatnya, ada makam pahlawan nasional Mayjen TNI Bambang Soegeng, salah satu anggota TNI yang pernah mengibarkan bendera Merah Putih di Alun-alun Temanggung saat Kemerdekaan RI tahun 1945.

Tahun 2018, Pemkab Temanggung berencana membangun kembali jembatan tersebut dengan anggaran dari APBN. Yusuf berharap arsitektur jembatan baru nanti tidak mengubah jembatan lama yang sarat nilai sejarah itu.

“Saya berharap arsitektur jembatan baru nantinya tidak menghilangkan nilai sejarah sehingga rakyat Temanggung dan masyarakat pada umumnya bisa terus mengenangnya,” harapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com