WONOGIRI, KOMPAS.com — Ngadimin (55), warga Masaran, Sragen, Jawa Tengah bersabar menunggu beberapa warga yang ingin menjual tangkapan ular di belakang Terminal Ngadirejo, Kabupaten Wonogiri. Padahal saat itu, terik matahari mulai menyengat.
Siang itu, Ngadimin yang biasa disapa Pak Lam, sudah mengumpulkan dua karung berukuran 20 kilogram. Walau karung tersebut sudah dipenuhi ular dari warga, ia enggan beranjak.
Pak Lam merupakan salah satu pengepul ular di Kabupaten Wonogiri. Biasanya, warga yang menyetor ular tangkapan berasal dari Purwantoro, Slogohimo, Jatisrono, Sidoharjo, Ngadirojo.
Bagi Pak Lam meski tak mendapatkan untung besar, berbisnis jual beli ular bisa menghidupi keluarganya. Sejak masih bujang, Ngadiman sudah berjibaku berburu ular untuk dijual kepada pengepul.
"Awalnya dulu saya mencari ular lalu menjualnya kepada pengepul. Setelah lama mencari ular lama kelamaan saya memilih mengepul warga yang menjual ular lalu saya setorkan ke orang," kata Pak Lam kepada Kompas.com, Rabu (21/2/2018).
(Baca juga : Berita Terpopuler: Ular Piton Kawin Dibunuh, hingga Bayi 13 Bulan Diperkosa )
Untuk mengumpulkan warga yang menjual ular, Pak Lam menentukan weton (hari berdasarkan hitungan Jawa). Khusus di Ngadirejo, ia datang setiap pasaran pon atau lima hari sekali.
"Dulu saya bisa berkeliling sampai Praci, Batu Pulung, hingga Pacitan. Tapi sekarang di sana sudah ada pengepulnya. Jadi saya cukup di Ngadirejo saja," tandas Pak Lam.
Menurut Pak Lam, berbisnis ular susah-susah gampang. Pasalnya, tidak semua jenis ular laku di pasaran.
Ular yang berbisa justru tidak memiliki nilai jual tinggi. Sementara ular yang tidak berbisa banyak dicari orang untuk aneka keperluan. Ia mencontohkan ular sawah yang tidak berbisa menjadi ular yang paling banyak dicari pengepul skala besar.
"Saya tidak tahu mengapa ular sawah banyak dicari pengepul skala besar. Bahkan harga ular sawah dengan ukuran besar mencapai Rp 40.000 perkilogramnya," ungkap Pak Lam.
(Baca juga : Tiga Pekan Resahkan Warga, Ular Sanca Akhirnya Berhasil Ditangkap )
Pak Lam bercerita saat menyetor ke salah satu juragan melihat ular-ular yang disetor itu dibelah dari kepala, badan hingga ekor. Selanjutnya dijemur hingga agak mengering. "Setelah itu badan ular dibalik dan dibentuk melingkar seperti obat nyamuk," jelas Pak Lam.
Harga ular sawah, sambung Pak Lam, makin tinggi bila ukuran ularnya besar. Hitungan nilai perkilogramnya berbeda dengan ular sawah yang masih kecil. "Kalau ularnya kecil-kecil satu kilogramnya dihargai Rp 10.000 saja," ujar Pak Lam.
Tak hanya menerima ular sawah, Pak Lam juga menerima jenis ular berbadan besar dan panjang seperti ular sanca. Untuk ular jenis ini, hitungannya berbeda.