Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makam Leluhur Diterjang Longsor, KNPI Protes Pengeboran Geotermal

Kompas.com - 20/02/2018, 09:51 WIB
Firmansyah,
Erwin Hutapea

Tim Redaksi

BENGKULU, KOMPAS.com - Ketua Majelis Pemuda Indonesia (MPI), KNPI, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu, Rafik Sanie memprotes aktivitas pengeboran geotermal di hulu Sungai Kotok karena menghilangkan makam leluhur milik suku marga 8, Bingin Kuning.

Menurut Rafik, masyarakat yang tinggal di sepanjang Sungai Kotok merupakan suku marga 8 dengan leluhurnya bernama Bingin Kuning. Ada makam Bingin Kuning di dekat aliran sungai. Saat ini makam yang dihormati masyarakat itu hanyut diterjang banjir bandang.

"Banjir bandang dan longsor kerap terjadi sejak beraktivitasnya pengeboran geotermal. Tidak saja makam leluhur, sawah, rumah dan nyawa manusia juga hilang disapu banjir," jelasnya.

Rafik menambahkan, banyak kerugian yang dialami warga. Hilangnya makam leluhur merupakan tercerabutnya identitas suku marga 8 yang merupakan masyarakat asli yang mendiami wilayah itu.

Baca juga: Pengeboran PGE di Hutan Lindung Bukit Daun Jangan Sampai Merusak Sumber Air

Ia menyebutkan, perusahaan pengeboran geotermal dan pemerintah diminta bertanggung jawab untuk melakukan normalisasi Sungai Kotok. Akibat longsor, sungai menjadi rata dengan tamah. Padahal, sebelum ada aktivitas pengeboran, kedalaman sungai mencapai 5 meter.

Rafik menegaskan, kawasan perbukitan di hulu sungai yang dijadikan tempat pengeboran geotermal merupakan kawasan rawan longsor. Masa pemerintahan Presiden Soeharto, di bawah bukit dibuat dua dam penahan jika terjadi longsor.

Namun, dua dam tersebut rusak pada 2016 saat longsor pertama kali menerjang kawasan itu yang menewaskan beberapa petani dan pekerja di perusahaan geotermal.

Baca juga: Pengeboran Pembangkit Geotermal di Sabang Ditargetkan Selesai Februari

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com