Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Minggu Kelabu di Gereja Santa Lidwina Bedog Yogyakarta

Kompas.com - 12/02/2018, 08:23 WIB
Caroline Damanik

Editor

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pagi itu, Minggu (11/2/2018), ibadah misa pagi di Gereja Santa Lidwina, Bedog, Sleman, Yogyakarta, dimulai seperti biasa.

Satu per satu umat masuk ke gereja, sendiri, berdua, atau bersama keluarga. Sukacita datang beribadah menyelimuti mereka.

Misa berjalan lancar, seperti biasa, dipimpin oleh Pastor Karl-Edmund Prier SJ atau yang biasa disapa Romo Prier.

Saat itu, umat sedang berdoa dan Romo Prier memimpin di altar.

Tiba-tiba, sekitar pukul 08.00 WIB, suasana berubah mencekam. Seorang pria berkaus hitam masuk ke dalam gereja melalui pintu bagian barat. Di tangannya, pedang panjang berukuran 1 meter.

Dia menyerang dengan membabi buta hingga melukai tiga umat, yaitu Martinus Parmadi Subiantoro, Budi Purnomo, dan Yohanes Triono serta Romo Prier SJ yang tengah berada di altar.

Petugas kepolisian melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) kasus penyerangan di Gereja Katholik St. Lidwina, Jambon, Trihanggo, Gamping, Sleman, DI Yogyakarta, Minggu (11/2/2018). Polisi berhasil mengamankan satu tersangka dan masih melakukan penyelidikan terkait kasus penyerangan gereja yang melukai sejumlah umat serta merusak sejumlah fasilitas gereja dengan senjata tajam.ANTARA FOTO/ANDREAS FITRI ATMOKO Petugas kepolisian melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) kasus penyerangan di Gereja Katholik St. Lidwina, Jambon, Trihanggo, Gamping, Sleman, DI Yogyakarta, Minggu (11/2/2018). Polisi berhasil mengamankan satu tersangka dan masih melakukan penyelidikan terkait kasus penyerangan gereja yang melukai sejumlah umat serta merusak sejumlah fasilitas gereja dengan senjata tajam.
Pelaku juga menghancurkan patung dan perabot di altar.

Umat kocar-kacir, berhamburan keluar gereja. Sebagian jemaat pria dan warga sekitar berusaha menahan laju Suliono, pelaku penyerangan, sambil menunggu petugas dari Polsek Gamping tiba di lokasi.

(Baca juga: Peristiwa Gereja Santa Lidwina, Uskup Agung Berpesan Jaga Kebinekaan)

Polisi yang datang sekitar 15-20 menit kemudian lalu masuk ke gereja. Tembakan peringatan dikeluarkan, namun si pelaku tak peduli dan sempat melukai Ajun Inspektur Satu Munir.

"Beberapa saat kemudian datang polisi berpakaian preman dan langsung meminta pelaku menyerah. Namun karena pelaku tidak mau menyerah, maka langsung dilumpuhkan dengan tembakan ada kakinya," kata Danang Jaya, warga Nogotirto, Gamping, Sleman.

Umat yang terluka dibawa ke RS Pantai Rapih, sedangkan pelaku dibawa ke RS UGM.

Dilukai, tetapi tetap tenang

Lokasi gereja mendadak ramai. Warga berdatangan untuk melihat lokasi kejadian, sejumlah tokoh juga datang untuk memberikan penghiburan dan dukungan.

Salah satunya, Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Syafii Maarif. Syafii yang rumahnya tidak jauh dari lokasi menyatakan, aksi penyerangan umat Gereja Santa Lidwina adalah aksi yang biadab untuk kemajemukan di Indonesia.

Buya Syafii Maarif saat di Gereja Santa Lidwina KOMPAS.com / Wijaya Kusuma Buya Syafii Maarif saat di Gereja Santa Lidwina
"Sangat menyesalkan. Ini sangat melukai Indonesia," ujar Syafii Maarif di Gereja Santa Lidwina Bedog, Minggu.

Syafii meminta polisi untuk mengusut tuntas aksi ini dan mengajak warga untuk percaya bahwa polisi akan segera mengungkapnya.

"Ini biadab. Ini harus dicari betul siapa sebenarnya orang ini, saya percaya Polisi bisa bergerak cepat mengungkap ini," ungkapnya.

Hal senada disampaikan oleh Uskup Agung Semarang Mgr Robertus Rubiyatmoko. Dia mengaku prihatin dengan peristiwa kekerasan tersebut.

"Bagi kita peristiwa akhir-akhir ini tentu merupakan peristiwa yang menyedihkan, memprihatinkan, apalagi orang yang beribadah sedang memuji Tuhan, sedang mendekatkan diri kepada Tuhan dalam kebersamaan," katanya seusai mendampingi Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X saat menjenguk korban di RS Panti Rapih, Yogyakarta, Minggu petang.

(Baca juga: Inilah Identitas Penyerang Romo Prier dan Umat di Gereja Santa Lidwina Bedog)

Robertus juga meminta semua pihak tetap tenang dalam menyikapinya dan percaya bahwa polisi akan mengusut tuntas.

Pasalnya, menurut dia, Bangsa Indonesia dibentuk dari berbagai latar belakang sehingga harus tetap menjaga kerukunan.

"Menurut saya ini sangat melukai hati kita sebagai orang beriman. Maka dalam hal ini bagi saya kita perlu menanggapi dengan tenang, meskipun tetap harus diusut, diatasi dengan profesional, dengan sempurna, sehingga tidak terulang lagi," tutur Robertus.

"Namun kita semua sebagai warga masyarakat tetap memiliki kewajiban untuk tetap menjaga kehidupan bersama untuk tetap tenang, adem dan ayem. Semua orang, semua manusia punya hak untuk hidup tenang dalam kebersamaan hidup. Maka inilah yang perlu diupayakan bersama," tambahnya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com