Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Harus Mengadu Kemana Lagi Demi Kesembuhan Anak Saya?"

Kompas.com - 10/02/2018, 22:43 WIB
Hamzah Arfah,
Icha Rastika

Tim Redaksi

GRESIK, KOMPAS.com – “Harus mengadu kemana lagi demi kesembuhan anak saya?” berulang kali terlontar dari bibir Wijayanti (37), warga Desa Putat Lor RT5/RW2, Kecamatan Menganti, Gresik, Jawa Timur. Ia memiliki seorang anak bernama Muhammad Fajar (12) yang mengalami gizi buruk.

Meski sudah diberitakan di beberapa media, baik cetak, elektronik, maupun visual, kondisi Fajar yang merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Wijayanti dan Ahmad Baidowi (49) itu bisa dibilang "nyaris" tidak tersentuh oleh bantuan nyata dari dinas maupun instansi terkait.

“Ini tadi saya mau nekat menemui Pak Wakil Bupati (Gresik, Muhammad Qosim), tapi kata yang menjaga rumahnya beliau sedang keluar. Saya bukan mau niat apa-apa, saya hanya ingin anak saya sembuh, itu saja. Hanya ingin Fajar bisa sembuh dan normal kembali,” tutur Wijayanti saat singgah di Balai Wartawan Gresik, Sabtu (10/2/2018).

Baca juga : Kisah TKW Lombok yang Selamat dari Sindikat Perdagangan Orang

Wijayanti mengaku binggung karena beberapa usaha yang sudah sempat ia lakukan demi kesembuhan sang buah hati hingga kini belum membuahkan hasil yang diharapkan meskipun ada sebagian pihak yang merasa iba akan kondisi Fajar dan memberikan sumbangan.

“Memang sudah ada beberapa pihak yang memberikan sumbangan, tetapi itu belum bisa. Sebab, apa yang dialami anak saya ini, membutuhkan pengobatan yang berkelanjutan, dan itu membutuhkan biaya mahal,” ujar dia.

Apalagi, lanjut Wijayanti, ia sehari-hari hanya berjualan gorengan di sekitar tempat tinggal. Sementara itu, sang suami sudah tidak lagi mampu mencari nafkah setelah mengalami kecelakaan kerja yang membuat bagian leher Baidowi sempat patah dan kini masih tetap harus dipasangi pen lantaran tidak mampu membayar biaya operasi.

“Hasil jualan gorengan hanya cukup buat makan sehari-hari. Saya juga sudah coba menyisihkan, tapi itu juga nggak cukup buat beli obat buat Fajar. Karena obat penyakit Fajar yang harganya mahal, pihak rumah sakit nggak mau dengan BPJS, tapi disuruh bayar pakai uang sendiri,” kata Wijayanti.

Untuk satu butir obat pemulihan yang disarankan dokter bagi kesembuhan Fajar, Wijayanti diharuskan membayar sekitar Rp 400.000.

Belum lagi asupan gizi yang per bungkus dijual seharga Rp 300.000 karena Fajar tak lagi mampu mengunyah dan hanya bisa melahap asupan melalui bantuan dot. Pada usianya yang memasuki 12 tahun, bobot Fajar tak lebih dari 8 kilogram.

“Terus kami dapat uang darimana? Buat makan saja susah. Makanya kami berharap ada pihak dari dinas atau pemerintah, yang sudi kiranya membantu untuk kesembuhan anak saya. Karena terus terang, saya binggung mau kemana lagi harus meminta bantuan,” ucap Wijayanti.

Terlebih, tutur dia, kondisi Fajar saat ini kerap mengalami kejang-kejang hingga mulut sampai mengeluarkan darah segar. Meski setiap harinya keadaan tangan dan kaki Fajar memang dalam keadaan tertekuk.

“Sebelumnya saya juga sudah beberapa kali bertemu dengan dinas sosial, juga dinas kesehatan Gresik. Ada yang sudah kasih surat keterangan tidak mampu juga, tapi tetap saja obat yang mahal disuruh oleh pihak rumah sakit untuk ditebus sendiri, enggak bisa pakai BPJS,” kata dia.

Karena itu, Wijayanti sempat berniat untuk menemui Wakil Bupati maupun Bupati Gresik guna menceritakan apa yang dialaminya dengan harapan ada bantuan (pendampingan konkret) untuk kesembuhan anaknya.

Baca juga : Kisah Perjuangan Hidup Pria Gagu Ini Bikin Bupati Purwakarta Menangis

Terlebih, selain Fajar, anak keduanya yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP), dan anak terakhir yang seharusnya sudah masuk taman kanak-kanak (TK) belum mengenyam bangku pendidikan.

“Harusnya memang sudah waktunya masuk TK, tapi mau bagaimana lagi saya tidak punya biaya. Mau jual (barang) apa juga sudah tidak punya apa-apa lagi, karena rumah yang kami tinggali itu juga bukan punya sendiri, tapi milik saudara yang disuruh hanya menempati,” ujar dia.

Karena gizi buruk yang dialami, selain tidak bisa tumbuh secara normal seperti anak pada umumnya, Fajar hanya bisa terbaring di atas lantai rumah yang beralaskan terpal (kain) seadanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com