PALANGKARAYA, KOMPAS.com - Calon duta besar Indonesia untuk Norwegia, Todung Mulya Lubis, mengawal Duta Besar (Dubes) Norwegia Vegard Kaale dan Dubes Finlandia Paivi Hitunen Toivo dalam kunjungan dua hari ke Kalimantan Tengah.
Kunjungan untuk melihat hutan gambut di kawasan Taman Nasional Sebangau dan orangutan itu berakhir di pusat rehabilitasi orangutan Yayasan Borneo Orangutan Survival (BOS), di Nyaru Menteng, Palangkaraya, Jumat (9/2/2018) sore.
Todung menjelaskan, eksistensi orangutan dan hutan gambut penting sebagai wujud menjaga biodiversity.
"Saya sebagai calon duta besar Indonesia di Norwegia perlu mempromosikan bahwa kita merawat biodiversity. Itu termasuk juga merawat hewan-hewan langka, seperti orangutan, komodo, cenderawasih, dan sebagainya," ungkapnya.
Pria yang kondang sebagai pengacara dan aktivis hak asasi manusia ini pun memahami bahwa Norwegia sebagai salah satu negara yang konsen dengan keberlangsungan biodiversity.
"Kita sudah ada agreement REDD Plus dengan Norwegia. Ini konsen kita semua. Menanam di lahan gambut berbahaya. Kita sudah melakukan beberapa langkah, merawat, menjaga lahan gambut," ujar Todung.
Baca juga: Satgas Karhutla Riau Berjibaku Padamkan Api di Lahan Gambut 4 Hektar
Dia pun menyadari bahwa negara Eropa juga menyoroti perkebunan kelapa sawit sebagai tanaman monokultur yang bisa mengancam biodiversity.
"Tapi, kita juga minta pengelola perusahaan sawit sebagai tanaman monokultur untuk tidak menelantarkan biodiversity," lanjutnya.
Sementara itu, untuk menjaga eksistensi orangutan, selain memiliki pusat rehabilitasi, Yayasan BOS di Kalimantan Tengah juga memiliki empat pulau sebagai area prapelepasliaran primata langka itu.
Monterado Fridman, juru bicara Yayasan BOS, mengatakan, keempat pulau yang dikelilingi sungai itu adalah Pulau Kaja (108,2 hektar), Pulau Bagamat (39 ha), Pulau Palas (74 ha), dan Pulau Salat (seluas 655 ha), yang pengelolaannya bekerja sama dengan perusahaan kelapa sawit, PT Sawit Sumber Mas Sarana (SSMS) Tbk (1.434 ha).
Menurut Monterado, rehabilitasi orangutan membutuhkan biaya mahal. Oleh karena itu, BOS membuka kesempatan donasi bagi kalangan masyarakat dunia yang punya perhatian dengan keberlangsungan orangutan ini.
Sistem donasi ini bisa pula dalam bentuk adopsi orangutan untuk jangka waktu tertentu.
"Biaya perawatan satu orangutan sebelum dilepasliarkan mencapai 35.000 dollar per tahun," kata dia.
Di pusat informasi Nyaru Menteng itu pula, para tamu dari Norwegia dan Finlandia diajak menyaksikan dari dekat bagaimana orangutan direhabilitasi.
Baca juga: Polri Akan Kejar Pelaku dan Perusahaan Pembunuh Orangutan di Kalteng
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.