Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Doa Bersama untuk Guru Budi dan Pendidikan di Indonesia

Kompas.com - 08/02/2018, 14:14 WIB
Andi Hartik,
Erwin Hutapea

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Lantunan zikir mengalun memenuhi ruangan Gedung Sasana Budaya, Universitas Negeri Malang (UM), Kamis (8/2/2018). 

Setiap orang yang ada di dalamnya tertunduk. Mereka secara khusyuk memanjatkan doa kepada Ahmad Budi Cahyanto.

Budi, begitu guru berusia 26 tahun itu biasa dipanggil, sudah berpulang. Ia meninggal seusai dihajar muridnya, HI, saat mengajar di SMAN 1 Torjun, Kabupaten Sampang, pada Kamis (1/2/2018).

"Jadi, aksi keprihatinan dan doa untuk guru Budi ini merupakan ungkapan keprihatinan atas peristiwa yang menimpa guru Budi," kata Wakil Rektor III Universitas Negeri Malang (UM), Syamsul Hadi.

Meninggalnya Budi menyisakan keprihatinan, khususnya di lingkungan pendidikan. Indonesia yang menganut budaya sopan santun antara murid kepada gurunya tercoreng akibat peristiwa tersebut.

"Fenomena ini cukup mengagetkan dan menyedihkan dalam dunia pendidikan. Di Indonesia sudah diketahui, interaksi antara guru dan murid adalah ibarat interaksi antara orang tua dan anaknya," ujar Syamsul.

Baca juga: Guru SMA di Sampang Meninggal Dianiaya Siswanya, Kini Pelaku Diamankan Polisi 

"Mudah-mudahan ini bukan fenomena gunung es. Apakah sudah sebegitu jauh seorang murid kehilangan hormatnya kepada guru. Apakah sudah sebegitu jauh anak-anak tidak menyadari pentingnya menghormati ilmu pengetahuan, pentingnya menghormati orang tua, pentingnya menghormati guru," ucapnya.

Ia lantas mengusulkan dibentuknya peraturan tentang perlindungan. Bukan sekadar perlindungan fisik, melainkan juga perlindungan profesi. Menurut Syamsul, seharusnya ada batasan seorang guru harus dilindungi secara hukum saat menjalankan tugasnya sebagai guru.

"Ada rambu-rambu yang guru-guru itu harus dilindungi. Pada batas-batas apa mereka harus dilindungi secara hukum, terutama saat nenjalani tugas," katanya.

Budi merupakan alumnus Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Ia dikenal sebagai mahasiswa yang bersikap lembut.

Ia juga dikenal sebagai mahasiswa yang pandai bermain biola. Sayang, biolanya terpaksa harus dijual karena keterbatasan biaya saat penyusunan skripsi.

Baca juga: Jenazah Guru Korban Penganiayaan Siswa di Sampang Diantar Ribuan Orang ke TPU

Saat transaksi penjualan biolanya, Budi mengatakan akan membelinya kembali suatu saat nanti ketika sudah memiliki uang. Sayang, nyawa Budi terlebih dahulu hilang. Biola kesayangan yang ingin dimilikinya lagi gagal terwujud.

"Sebenarnya waktu dia mau skripsi itu ada kendala keterbatasan biaya, karena dirasa yang paling berharga dan bisa dijual biolanya. Lalu ia unggah, dijual lewat online. Kebetulan yang membeli teman saya yang mengajar di Jakarta. Membeli biola dengan transaksi seandainya Budi punya uang lagi mau ditebus lagi. Tapi, ternyata sebelum diambil lagi, Pak Budi sudah meninggal," tutur Syamsul.

"Tapi, seandainya mau dibeli, biola ini sudah dekat dengan teman saya itu. Jadi kalau dibeli lagi oleh Pak Budi sangat berat sekali," jelasnya.

Baca juga: Penganiayaan Guru di Sampang, Siswa Pukul Korban hingga Tersungkur

Kompas TV Sang siswa tak diterima teguran guru saat jam pelajaran.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com