Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bau Nyale, Tradisi Memburu Putri Mandalika di Pulau Lombok

Kompas.com - 07/02/2018, 08:58 WIB
Fitri Rachmawati

Penulis

LOMBOK TENGAH, KOMPAS.com - Di setiap tanggal 20, bulan 10, penanggalan Suku Sasak, ribuan masyarakat di Lombok, Nusa Tenggara Barat, merayakan tradisi Bau Nyale.

Bau Nyale merupakan tradisi turun temurun. Dalam tradisi ini, ribuan orang menangkap cacing laut di sepanjang pantai Pulau Lombok.

Cacing-cacing laut ini dikenal dengan sebutan nyale, yang dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika. Mandalika dikenal sebagai putri cantik yang memilih menceburkan diri ke laut lepas, menghindari peperangan antar pangeran yang memperebutkan dirinya.

Legenda Putri Mandalika ini dikenal hampir di seluruh penjuru Pulau Lombok. Meskipun belum ada lontar Lombok yang ditemukan mengenai Mandalika yang melegenda tersebut.

(Baca juga : Mengenal ?Kotekan?, Tradisi Selamatkan Bulan Saat Terjadi Gerhana)

Tradisi Bau Nyale tahun ini jatuh pada Februari 2018. Itulah mengapa, dari awal Februari, di sepanjang pantai bagian selatan, tengah, hingga timur, memperlihatkan keramaian. Mulai dari Kute, Pantai Seger, Pantai Kaliantan, hingga Pantai Tabuan dipadati ribuan warga.

Seperti di Pantai Seger,Desa Kuta Lombok Tengah, Selasa (6/2/2018) dini hari, ribuan warga sudah berkumpul. Mereka pun bersiap merayakan tradisi Bau Nyale atau menangkap cacing laut.

Bau nyale adalah tradisi menangkap cacing laut, yang dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika, seorang putri cantik yang menceburkan dirinya ke laut lepas, karena tak menginginkan pertempuran antar pangeran yang memperebutkan dirinya.KOMPAS.com/Fitri Bau nyale adalah tradisi menangkap cacing laut, yang dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika, seorang putri cantik yang menceburkan dirinya ke laut lepas, karena tak menginginkan pertempuran antar pangeran yang memperebutkan dirinya.
Lampu penerang sederhana telah dinyalakan. Jaring-jaring beragam bentuk dan ukuran telah diangkat dan siap bergerak mengikuti arah air laut yang tersapu ombak Pantai Seger, membawa cacing-cacing laut beragam warna. Ada merah, hijau, dan kuning.

Seolah ingin membuktikan janji Putri Mandalika, ribuan orang yang telah berkumpul, menyebar. Ada yang memilih tepi bebatuan pantai, menunggu nyale mengeliat mendekati kaki mereka. Ada juga yang menerjang ombak dan meraup ribuan cacing jelmaan sang putri cantik.

“Ini tradisi turun temurun, setahun sekali kami temukan. Setahun sekali kami bertemu Putri Mandalika,” kata Jumahir, warga Praya sambil memperbesar nyala lampu senter di kepalanya untuk menangkap sang putri nan menggoda kesabaran.

(Baca juga : Fenomena Gerhana Bulan Total Menurut Tradisi Jawa )

Jumahir mengingatkan, saat memburu nyale harus sabar dan tak mudah putus asa agar tangkapan banyak.

Inilah nyale, cacing laut, yang dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika. Mandalika adalah seorang putri cantik yang menceburkan dirinya ke laut lepas, karena tak menginginkan pertempuran antar pangeran yang memperebutkan dirinya.KOMPAS.com/Fitri Inilah nyale, cacing laut, yang dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika. Mandalika adalah seorang putri cantik yang menceburkan dirinya ke laut lepas, karena tak menginginkan pertempuran antar pangeran yang memperebutkan dirinya.
Mereka yang memburu cacing laut dari berbagai usia. Mulai dari anak-anak hingga dewasa, laki-laki maupun perempuan, tak ada batasan.

Mereka memiliki hasrat yang sama, menemukan jelmaan Putri Mandalika itu. Kegiatan ini pun membuat warga larut dalam kegembiraan.

Nyale warna warni ini juga dikenal mengandung protein yang tinggi sehingga sangat nikmat dan layak dikosumsi, apalagi hanya bisa dinikmati setahun sekali. Nyale juga dipercaya menyuburkan tanaman terutama padi.

“Saya dapat nyale banyak, ini akan saya kosumsi bersama keluarga, setahun sekali, makan nyale saya akan pepes ini,” tutur Solihin sambil menunjukkan hasil tangkapannya yang mencapai satu ember.

Mereka yang masih bertahan di pantai, memilih memepes nyale dengan daun kelapa. Aroma nyale pun tersebar mengikuti arah angin, dan sebagian warga menikmati pepes nyale bersama orang-orang tercinta mereka.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com