Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ditugaskan ke Asmat, Dokter Unhas Bangga Bawa Misi Kemanusiaan

Kompas.com - 06/02/2018, 14:44 WIB
Hendra Cipto

Penulis


MAKASSAR, KOMPAS.com - Para dokter yang mendapat tugas membantu menyelesaikan permasalahan gizi buruk yang melanda suku Asmat merasa bangga membawa misi kemanusiaan meski berat meninggalkan istri dan anak-anak mereka.

Mereka mengaku rela meninggalkan keluarga selama sebulan untuk membantu menyembuhkan penyakit gizi buruk yang melanda masyarakat suku Asmat di Papua.

Seperti yang dikemukakan dokter anak, Asrul Salam. Keluarganya mengaku rela dan bangga melepaskan kepergiannya ke Kabupaten Asmat membawa misi kemanusiaan untuk membantu menyembuhkan masyarakat yang terserang penyakit gizi buruk.

"Kebetulan istri saya juga seorang dokter, jadi sudah terbiasa ditinggal pergi tugas. Apalagi dua orang anaknya belum mengerti sehingga tidak terlalu berat meninggalkan keluarga. Lagian juga cuma sebulan meninggalkan keluarga demi membawa misi kemanusiaan di Asmat," kata Asrul seusai pelepasan 19 dokter Universitas Hasanuddin (Unhas) ke Papua oleh Menteri Sosial Idrus Marham, Senin (5/2/2018).

"Selain saya sendiri bangga, istri juga bangga dengan misi ini. Saya dan istri tidak khawatir dengan banyaknya permasalahan di Papua. Sebab, sebelumnya pernah ditugaskan di daerah tersebut. Bahkan saya pernah di daerah yang lebih parah di Puncak Jaya, tempat kelompok separatis," tambahnya.

Baca juga: Tangani Gizi Buruk, Unhas Kirim 19 Dokter Senior ke Asmat

Dengan pemberangkatannya ke Papua selama sebulan, Asrul mengaku tidak bisa mengatasi permasalahan gizi buruk secara instan yang menimpa masyarakat suku Asmat. Meski begitu, ia bersama teman-temannya dapat sedikit membantu menyelesaikan masalah tersebut.

"Tim tanggap darurat sudah ada lebih dulu di sana dan mengatasi gizi buruk. Penyakit ini tidak bisa instan disembuhkan, butuh waktu yang lama. Tim kami ini bertugas nanti dalam proses pemulihan. Setelah sebulan, tim lain lagi datang secara bergiliran hingga penyakit gizi buruk yang menimpa masyarakat suku Asmat betul-betul bisa teratasi," ungkapnya.

Hal senada diungkapkan dokter Alistain, spesialis bedah. Menurut dia, keberangkatannya ke Kabupaten Asmat tidak membuat keluarganya khawatir dengan yang terjadi di sana. Namun, dia tetap merasa berat meninggalkan istri dan anaknya yang masih berusia dua bulan.

Alistain mengaku, sebelum bertugas di Makassar, dirinya pernah ditugaskan di sana dalam jangka waktu yang cukup lama. Pada saat dirinya meninggalkan Kabupaten Asmat tahun 2012, tidak ada penyakit gizi buruk yang menyerang masyarakat.

"Saya merasa senang mendapat tugas kemanusiaan, apalagi pernah bertugas di sana. Tahu bagaimana kondisi di sana, apalagi penduduk di sana baik dan bermasyarakat. Kita datang dengan membawa tugas kemanusiaan, membantu memeriksa kesehatan mereka. Pastilah mereka senang," tuturnya.

Permasalahan gizi buruk ini, ungkap Alistain, tidak bisa diselesaikan hanya pada tindakan tanggap darurat, tetapi perlu tindakan berkelanjutan karena membutuhkan waktu yang lama.

"Saya berharap dokter-dokter lainnya juga ingin ditugaskan ke sana untuk menyelesaikan masalah kesehatan saudara-saudara kita yang sedang dilanda musibah. Karena masalah ini harus ditangani serius dan berkelanjutan dengan waktu yang cukup lama," ucapnya.

Kompas TV Presiden Joko Widodo berencana mengirim anggota Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (UI) ke Asmat Papua.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com