Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menenun Kehidupan di Bawah Kolong Rumah Panggung...

Kompas.com - 06/02/2018, 09:44 WIB
Markus Makur

Penulis

BORONG, KOMPAS.com - Perempuan yang mengenakan kaos biru, kain titerong, dan topi dingin itu terlihat sibuk di bawah kolong rumah panggung. Di tangannya terdapat benang lengkap dengan peralatan tenun seperti bambu kecil. 

Dengan cekatan, jari perempuan bernama Odalia Biba (50) ini memasukkan benang di sela-sela kain tenunnya. Matanya fokus pada kain tenun. Ia pun terlihat serius menyelesaikan kainnya. 

Mama Odalia, biasa ia disapa, merupakan perempuan Kampung Bui, Desa Kaju Wangi, Kecamatan Elar, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Setiap hari, ia menenun kehidupan di bawah kolong rumahnya, Senin (29/1/2018).

Kehidupan yang dimaksud adalah menenun kain khas Riung, Kabupaten Ngada dan Nagekeo di wilayah Kabupaten Manggarai Timur.

(Baca juga : Melihat Pembuatan Kain Tenun Lurik Tradisional Bantul)

Kaum perempuan di wilayah itu menenun kain khas Ngada dan Nagekeo karena persoalan pemasaran. Kain itu lebih mudah dijual di dua kabupaten itu dibanding Kabupaten Manggarai Timur dan Manggarai. Walaupun sebenarnya, mereka orang Manggarai Timur.

Usia boleh beranjak tua, tetapi semangat untuk melanjutkan kehidupan dengan menenun kain tenun terus dilakukan, walaupun di bawah kolong rumah. 

Penopang Hidup

Kain tenun, merupakan penopang kehidupan perempuan di kampung-kampung Desa Kaju Wangi. Biaya hidup, sekolah, berasal dari tenun. Kain ini pula yang membuat perempuan di kampung desa tersebut memiliki kegiatan, ketika tidak ada pekerjaan di ladang.

Perempuan di desa tersebut multitasking. Terkadang, mereka membantu kaum adam di ladang. Jika ada waktu luang, mereka mempertahankan tradisi nenek moyang mereka dengan menenun. Hal itupun dilakukannya sembari memasak dan mengerjakan pekerjaan lainnya.

"Saya menenun di waktu senggang apabila tidak sedang bekerja di ladang bersama suami dan keluarga," ujar Odalia Biba atau Halima kepada Kompas.com, Senin (29/1/2108).

Dalam sebulan, Odalia menghasilkan empat kain tenun khas Mbay dan Riung. Kain tersebut merupakan warisan leluhur.

(Baca juga : Tenun Baduy yang Memikat Hati Lekat)

"Saya belajar menenun dari mama saya karena dengan menenun mampu membiayai kebutuhan hidup keluarga serta membiayai pendidikan anak-anak sampai di Perguruan Tinggi," tuturnya. 

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com