Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cuaca Buruk, Warga Desa Bahari di Buton Selatan Tangkap Ikan dengan Tombak

Kompas.com - 05/02/2018, 19:08 WIB
Defriatno Neke

Penulis

BUTON SELATAN, KOMPAS.com – Suara kegembiraan warga terdengar dari tepi laut yang airnya dangkal semata kaki orang dewasa. Ratusan warga berusaha menangkap ikan dengan menggunakan tombak ataupun parang.

Dengan tombak yang siap dihunuskan, beberapa warga terlihat berlarian mengejar ikan di laut dangkal.

Dengan sekali hentakan tangan, ujung tombak itu menancap ikan.

“Jangan diambil, ini ikan saya dapat,” teriak seorang warga sambil berlari dan kemudian mencabut tombaknya lalu memasukan ikan ke tali pancing agar tidak terlepas, Senin (5/2/2018).

Aktivitas menangkap ikan dengan tombak ini merupakan Tradisi Pindokoa yang dilakukan warga Desa Bahari, Kecamatan Sampolawa, Kabupaten Buton Selatan.

Tradisi ini telah ada sejak ratusan tahun lalu dan masih dilestarikan oleh masyarakat Wapulaka, Desa Bahari.

Tradisi ini biasa dilakukan saat musim cuaca buruk dan nelayan kesulitan untuk memperoleh ikan di laut.

“Ini kegiatan pindokoa, rata-rata semua orang disini nelayan, kalau cuaca buruk begini tidak melaut. Jadi air (laut) surut, begini kita cari ikan di sini, ini namanya pindokoa,” kata seorang warga Desa Bahar, Efendi, Senin (5/2/2018).

Baca juga : Tiga Nelayan di Maluku Tersambar Petir Saat Melaut, Satu Orang Tewas

Ia menambahkan, saat ini sudah sebulan warga nelayan di Desa Bahari sudah tidak turun melaut karena cuaca buruk.

Sebelum tradisi ini dimulai, sehari sebelumnya, para warga memasang jaring ikan di sepanjang tepi pantai Desa Bahari.

Pemasangan jaring dilakukan saat air laut sedang pasang. Keesokan harinya, saat air laut sudah mulai surut, warga beramai-ramai turun ke laut sambil membawa tombak ataupun parang.

Suasana keakraban dan kerja sama terlihat antarwarga desa yang berusaha mencari ikan bersembunyi di dalam batu karang.

Tradisi menangkap ikan ini tidak saja dilakukan lelaki dewasa saja, para wanita dan anak kecil pun tidak mau ketinggalan untuk meramaikan tradisi tersebut.

Seorang tokoh masyarakat Desa Bahari yang juga Camat Sampolawa, La Kali, mengatakan, tradisi ini merupakan bentuk kebersamaan warga untuk menciptakan gotong-royong dan kepedulian yang besar antar-sesama warga desa.

“Tradisi ini sebenarnya adalah kebersamaan dan kekompakan warga Desa Bahari yang terjalin begitu erat. Sampai saat ini kekompakan dan kebersamaan warga terus erat dan terjalin dari dulu hingga sekarang,” ucap La Kali.

Baca juga : Sudah 15 Tahun, Nelayan di Banyuwangi Tidak Menggunakan Cantrang

Tradisi Pidokoa yang menangkap ikan dengan tombak atau parang masih terus dilakukan hingga tahun ke depannya.

Warga Desa Bahari sangat melarang penggunaan bom ikan atau lainnya untuk mendapatkan ikan. Karena hal tersebut dapat merusak ekosistem laut.

Kompas TV Menko Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan menyatakan penggunaan cantrang yang kini kembali diperbolehkan juga ada batasannya dan tidak sembarangan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com