Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daerah Kekeringan di Gunungkidul Kini Miliki Pompa Air Bertenaga Surya

Kompas.com - 01/02/2018, 21:43 WIB
Markus Yuwono

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah membangun sarana air bersih teknologi ramah lingkungan dengan sistem tenaga surya di Dusun Temuireng, Girisuko, Panggang, Gunungkidul, Yogyakarta.

Pembangunan ini merupakan lanjutan, setelah 10 tahun lebih tower yang dibangun tidak bisa dimanfaatkan karena tidak adanya teknologi.

"Alhamdulilah hari ini walaupun tidak ada aliran listrik dari PLN, Sistem Pengolahan Air Minum (SPAM) Sistem Pompa Air Tenaga Surya (SPATS) bisa beroperasi," ujar Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir, di Panggang, Kamis (1/2/2018).

"Ini jalan keluar untuk masyarakat, sudah 10 tahun lebih ada tower tapi tidak bisa dimanfaatkan. Bapak Gubernur DIY 1,5 tahun lalu menyampaikan masalah ini. Akhirnya saat ini dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dapat menyelesaikan ini," tambahnya.

 

(Baca juga : Kekeringan, Gunungkidul Habiskan Rp 55 Juta untuk Beli Air ke Jateng)

Nantinya, prototipe sistem ini diharapkan membantu memenuhi kebutuhan air di Kabupaten Gunungkidul. Terutama untuk warga Desa Temuireng yang selama ini memanfaatkan air hujan dan membeli air di musim kemarau dengan kisaran harga Rp 150.000 per 5 meter kubik.

Tampungan air ini, sambung dia, untuk memenuhi kebutuhan air 269 keluarga di Desa Temuireng.

Ia mengungkapkan, pemompaan air sekitar 70 meter kubik/hari menggunakan 6,4 kWp sistem pembangkit tenaga surya yang dirangkaikan secara langsung (direct coupling) dengan pompa submersible.

Hal ini untuk menjangkau bak penampung (reservoir) yang berjarak 741 meter dengan ketinggian sekitar 80 meter dari lokasi pemasangan prototipe.

"Dengan diresmikannya prototipe sistem ini, diharapkan dapat menjadi model sistem pengolahan air higienis dengan memanfaatkan tenaga energi terbarukan yang ramah lingkungan, untuk dapat diterapkan di lokasi lainnya," ujar Natsir.

Selain itu, Menristekdikti akan meminta Kementerian Desa membuat BUMDes, sehingga pengelolaan SPAM SPATS bisa dilakukan dengan baik.

“Melalui pengelolaan BUMDes nantinya akan lebih mandiri. Tidak bergantung kepada pemerintah. Life time peralatan ini diperkirakan mencapai 20 tahun,” ujarnya.

Peneliti BPPT Pusat Asnatio Lasman menambahkan, peralatan SPAM SPATS murni memanfaatkan tenaga sinar matahari dan mampu menyuplai kebutuhan air bersih warga.

Alat ini tanpa tempat penyimpanan energi listrik. Artinya, semakin banyak sinar cahaya matahari maka kekuatan listrik memompa air semakin tinggi.

Sumber yang dipergunakan berasal dari PDAM Gunungkidul yakni Ngobaran dan Baron. “Peralatan dimanfaatkan untuk memompa air ke tempat penampungan yang lebih tinggi, selanjutnya dialirkan ke masyarakat di Dusun Temuireng,” imbuhnya.

Bupati Gunungkidul, Badingah mengatakan, Gunungkidul sebenarnya memiliki sumber air yang melimpah, namun memang kekurangan teknologi.

Dengan dukungan dari pemerintah pusat, kebutuhan air masyarakat akan bisa dicukupi dengan baik. "Harapannya seluruh masyarakat di Gunungkidul yang selama ini berada di wilayah kekeringan, ke depan akan dapat memperoleh layanan dengan lebih baik," ucapnya.

Kompas TV Warga terpaksa berjalan kaki sejauh 1 Kilometer untuk mendapatkan air bersih.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com