Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Gunung Kidul Meriahkan Gerhana Bulan Sambil Mainkan Lesung

Kompas.com - 01/02/2018, 11:07 WIB
Markus Yuwono

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Warga di Dusun Gelaran 1, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta, menggelar gejog lesung. Hal ini dilakukan untuk melestarikan tradisi nenek moyang ketika sedang terjadi gerhana bulan sekaligus memperat hubungan antar-warga dusun.

Suara lesung yang dipukul menggunakan kayu terdengar silih berganti bersautan dengan suara kentongan yang dipukul dari rumah Rismanto, warga dusun tersebut, Rabu (31/1/2018) malam.

Meski bulan tertutup awan, tak menyurutkan mereka berkumpul dan menggelar tradisi membunyikan alat penumbuk padi.

Warga melakukan hal tersebut tidak setiap malam, tetapi karena ada fenomena super blue blood moon. Mereka melantunkan shalawat dan dilanjutkan dengan lagu Jawa, seperti "Gundul-gundul Pacul", diiringi bunyi lesung yang dimainkan ibu-ibu dan kentongan yang dimainkan kaum pria.

Baca juga: Saat Gerhana Bulan, Kesenian Tradisional Ini Pun Tarik Perhatian Warga Makassar

Puluhan warga ikut hanyut bernyanyi sembari bertepuk tangan untuk menciptakan sebuah lagu yang padu. "Setelah melakukan shalat gerhana, kami melakukan tradisi gejog lesung untuk melestarikan tradisi," kata Haryanto, salah seorang warga, Rabu.

Ia mengakui, tradisi ini sudah dilakukan turun-temurun karena kepercayaan masyarakat Jawa jika terjadi gerhana bulan. Cahaya bulan dimakan raksasa atau buto. Jika warga secara bersama-sama membunyikan lesung dan kentongan, mereka berharap agar raksasa segera pergi.

"Kepercayaan ini masih dipercaya, terlepas dari cerita itu, kami ingin melestarikan budaya," imbuhnya. 

Meriahnya suasana super blue blood moon sambil memainkan lesung di Dusun Gelaran 1, Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul, Yogyakarta, Rabu (31/1/2018) malam.Kompas.com/Markus Yuwono Meriahnya suasana super blue blood moon sambil memainkan lesung di Dusun Gelaran 1, Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul, Yogyakarta, Rabu (31/1/2018) malam.

Kebersamaan warga terlihat ketika anak muda sampai orangtua berkumpul meski tak semua ikut bermain. Saat jeda bermain, mereka bersama-sama menikmati hidangan dan teh panas buatan tuan rumah. Mereka pun bersenda gurau khas masyarakat desa.

"Selain melestarikan peninggalan nenek moyang, kegiatan ini diharapkan mampu mempererat hubungan silaturahim antar-warga dusun," ucap Kepala Dusun Gelaran 1 Husain Pamungkas. 

Namun, sebagian warga Gunung Kidul merasa kecewa karena cuaca mendung dan hujan saat terjadinya super blue blood moon. Mereka tidak bisa melihat secara langsung.

"Wah, sayang sekali tidak bisa melihat langsung, tadi hanya melihat dari televisi," ujar Rendi, warga Wonosari.

Kompas TV Fenomena gerhana bulan pada Rabu (31/1/2018) malam termasuk gerhana langka karena bertepatan dengan fenomena supermoon dan blood moon.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com