Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Astronom ITB: Warna Gerhana Bulan Total Perlihatkan Kualitas Atmosfer Bumi

Kompas.com - 31/01/2018, 14:43 WIB
Agie Permadi

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Warna pada gerhana bulan total dapat menjadi peringatan informasi dari kualitas angkasa planet bumi yang kita tempati ini. Sebab, bulan memantulkan cahaya matahari yang terefraksi melalui kualitas angkasa bumi kita.

Seperti diketahui, gerhana bulan total terjadi ketika matahari, bumi, dan bulan hampir berada dalam satu garis lurus. Cahaya matahari yang menyentuh angkasa bumi mengalami refraksi atau membiaskan cahaya sampai ke bulan, sedangkan bulan memantulkannya ke bumi.

"Nah, itu namanya refraksi, seperti cahaya yang mengenai prisma, begitu pun dengan angkasa bumi kita," kata dosen astronomi ITB, Dr Moedji Raharto, di Sasana Budaya Ganesha, Bandung, Rabu (31/1/2018).

Pihaknya memperkirakan gerhana bulan total nanti bakal berwarna merah cerah. Untuk diketahui, warna merah muncul karena cahaya matahari dihamburkan oleh debu dan molekul di atmosfer bumi. Warna merah ini melewati atmosfer bumi dan sampai ke permukaan bulan.

"Kemungkinan merah cerah ya," ujarnya.

Menurut dia, apabila warna bulan merah cerah maka itu suatu hal yang bagus. Namun, apabila warna bulan gelap maka hal tersebut memperlihatkan kualitas angkasa bumi kita.

"Kalau (angkasa) banyak debunya (warna gerhana bulan) gelap. Jadi dapat memberi warning informasi juga tentang kondisi angkasa luar kita. Earth shine," jelasnya.

Menurut Moedji, warna gerhana bulan tersebut tergantung dari kualitas angkasa bumi ini. Bulan akan semakin gelap seiring dengan makin banyaknya kandungan material di angkasa bumi kita.

"Kalau ada esnya sampai tembus ke angkasa, itu berarti ada tekanan besar dari bawah. Nah, ini kenapa?" ujarnya.

Baca juga: Saat Gerhana Bulan Total, Bandung Diperkirakan Berawan

Hal itu pun dikatakan oleh Kepala Lab Observatorium Bosscha ITB Dr Premana W Premadi dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com. Dia menuturkan, warna bulan saat puncak gerhana tidak selalu sama. Bulan dapat berwarna merah oranye, merah bata, merah kecoklatan, hingga merah gelap.

Perbedaan ini, menurut dia, tergantung pada banyaknya kandungan uap air, polutan udara hasil pembakaran, asap pabrik atau kendaraan bermotor, debu, dan abu letusan gunung berapi.

"Bulan akan tampak semakin gelap seiring dengan semakin banyaknya kandungan material tersebut," kata Premana.

Sebelumnya diberitakan, hari ini gerhana bulan total akan muncul dan dapat diamati di langit indonesia. Gerhana bulan total kali ini sangat istimewa karena ada tiga fenomena pada waktu yang sama, yaitu blood moon, supermoon, dan blue moon.

Tiga fenomena ini terakhir terjadi bersamaan pada tanggal 31 Maret 1866 atau 152 tahun lalu. Secara rata-rata, peristiwa ini hanya terjadi 0,042 persen dari keseluruhan purnama atau hanya sekali dalam 2.380 kali purnama.

Kompas TV Fenomena alam gerhana bulan total "super blue blood moon" yang akan terjadi pada Rabu (31/1) malam ini tak hanya bisa diamati di Jakarta.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com