Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polda NTB Hentikan Penyelidikan Hilangnya Direktur Rumah Sakit

Kompas.com - 30/01/2018, 16:38 WIB
Fitri Rachmawati

Penulis

MATARAM, KOMPAS.com - Masih ingatkan dr Mawardi Hamry, mantan Direktur Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP) NTB? Ia dilaporkan hilang 23 Maret 2016 dari rumah dinasnya di Jalan Langko Nomer 31, Dasan Agung, Kecamatan Sekaparang, Kota Mataram.

Laporan hilangnya sang dokter yang juga pengurus Nahdatul Wathan (NW), organisasi terbesar di NTB, dilaporkan oleh Sekertaris Daerah (Sekda) NTB, Rosiadi Sayuti ke Polres Mataram.

Namun hingga hampir dua tahun, keberadaan Mawardi belum ada kejelasan. Hingga kini tak ada pencabutan laporan oleh Rosiadi selaku perwakilan pemerintah daerah.

Direktur Reserse Kriminal Umun (Direskrimum), Kombes Pol Kristiaji mengatakan, yang dihentikan dari kasus Mawardi adalah penyelidikannya.

“Kita hentikan penyelidikannya saja sambil menunggu alat bukti baru. Kalau nanti ada bukti baru akan kita lanjutkan penyelidikannya. Sementara ini kita hentikan. Tapi kalau orang hilang tetap akan kita cari sesuai prosedur,” tutur Kristiaji, Selasa (30/1/2018).

(Baca juga : Rp 200 Juta bagi Penemu Direktur Rumah Sakit yang Hilang )

Kristiaji menjelaskan, dihentikannya kasus Mawardi karena alat bukti yang ada tidak memenuhi unsur penculikan dengan kekerasan. Selain itu, tidak ada oknum yang meminta uang tebusan.

"Sama dengan orangtua yang lapor anaknya hilang karena lari dari rumah, bukan diculik, prosedur yang kami jalani tentu saja mencari orang hilang, bukan menyelamatkan dari penculikan. Karena keluarganya sendiri menyebutkan Mawardi pergi dari rumah dalam keadaan sadar,” jelasnya.

Apabila pelapor Rosiadi mengatakan Mawardi diculik, harus dijelaskan juga oleh pelapor apakah ada yang meminta tebusan padanya. Logika berpikir terkait penculikan mestinya seperti itu.

”Masalahnya lagi, keluarganya sama sekali tidak ada reaksi apa-apa. Kalau pak Rosiadi kan bukan suadara kandung atau ada garis keturunan dengan dokter Mawardi, jadi tentu kita masih ingin dapat informasi lebih banyak dari keluarganya dokter ini," ucapnya.

(Baca juga : Lacak Direktur Rumah Sakit yang Hilang, Polisi Periksa Tujuh Saksi)

Terkait sayembara dari keluarga yang akan memberikan Rp 200 juta pada siapapun yang menemukan Mawardi, itu bukan urusan aparat. Karena sayembara dibuat oleh keluarga Mawardi. Aparat hanya membantu menyebarkan.

Sebelumnya, Rosiadi Sayuti melaporkan hilangnya Mawardi, Maret 2016. Kepada Kompas.com, ia mengaku belum mendapat laporan perkembangan kasus Mawardi dari polisi. Namun ia mengaku tetap berkoordinasi dengan aparat yang menurutnya sudah bekerja maksimal.

“Seperti di awal-awal hilangnya pak Mawardi, kami juga ikut melakukan pencarian sampai tak ada pojok di Lombok, di NTB ini yang tidak dilacak. Waktu itu ada sinyal handphone, langsung semua bergerak. Saya percaya aparat sudah bekerja keras menemukan dokter Mawardi” katanya.

Ditanya keyakinannya apakah Mawardi masih hidup, Rosiadi menyerahkan sepenuhnya pada Tuhan.”Sebagai keluarga kita berharap beliau ditemukan sehat wal afiat seperti yang kita harapkan,” tutur Rosiadi.

Gubernur NTB Zainul Majdi sempat mengatakan, hilangnya Mawardi tidak terkait dengan kasus dugaan penyimpangan anggaran pembangunan RSUP NTB. Karena Kejaksaan Tinggi NTB tidak menemukan adanya kerugian negara.

Awalnya, Polda NTB sempat mengungkapkan kesaksian Satpam di rumah dinas Mawardi, jika Mawardi dibawa pergi seseorang menggunakan mobil kijang hitam. Pernyataan itu ditarik dan disebutkan Mawardi sengaja pergi menghilangkan diri.

Teka-teki hilangnya sang dokter ini memunculkan beragam spekulasi di masyarakat. Apalagi hingga kini kasus tersebut belum juga terungkap. 

Kompas TV Seorang dokter di National Hospital, Surabaya, Jawa Timur dilaporkan oleh seorang calon perawat karena diduga melakukan pelecehan seksual.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com