Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/01/2018, 19:54 WIB
Kontributor Kompas TV Manokwari, Budy Setiawan

Penulis

MANOKWARI, KOMPAS.com - Pagi itu, cuaca di Bintuni terlihat cerah. Tidak ada tanda-tanda akan turunnya hujan sepanjang perjalanan dari Kabupaten Teluk Bintuni ke Kabupaten Manokwari dengan menggunakan mobil four-wheel-drive (4 WD).

Namun setelah kurang lebih dua jam menempuh perjalanan, tiba-tiba terlihat beberapa mobil double cabin dan sedang berhenti. Rupanya di tengah jalan ada sebuah truk yang terjebak sehingga menghalangi jalan. Upaya untuk menarik truk harus dilakukan oleh truk lainnya.

Setelah truk yang terjebak berhasil ditarik, mobil-mobil yang tadi mengantre pun diberi kesempatan untuk jalan terlebih dahulu.

Hal ini dilakukan agar jalan yang dilewati tidak semakin bertambah parah atau semakin dalam. Biasanya, kondisi jalan yang berlumpur akan semakin sulit dilewati, apalagi jika truk tersebut membawa muatan yang banyak.

(Baca juga : Presiden Ingin Tunggangi Chopperland Saat Jajal Trans-Papua atau Kalimantan)

Namun baru saja beberapa meter berjalan, salah satu mobil masuk dalam sebuah kubangan yang dalam. Usaha sang sopir untuk keluar malah menjadikan kubangan tersebut bertambah dalam sehingga harus membutuhkan pertolongan dari mobil lainnya.

Akhirnya, mobil tersebut ditarik oleh salah satu mobil dengan menggunakan tali khusus dan butuh waktu sekitar 30 menit agar lolos dari lumpur tersebut.

Kondisi seperti ini sudah tidak asing lagi. Terjebak dalam lumpur sudah merupakan pemandangan umum bagi para sopir dan penumpang yang sudah sering melakukan perjalanan dari Kabupaten Manokwari ke Kabupaten Teluk Bintuni, maupun sebaliknya. Apalagi pada saat hujan turun.

Pasalnya, untuk melintasi jalan yang masuk dalam program Nawacita dari Presiden Joko Widodo ini penuh dengan tantangan. Kendaraan yang bisa melewati jalur ini pun hanya mobil-mobil 4 WD yang tidak lagi menggunakan ban standar.

“Begini sudah kalau jalan sudah berlumpur, saya harus ekstra hati-hati karena kalau salah memilih jalan maka mobil akan tertanam (terjebak),” ungkap salah satu sopir bernama Rahman, Senin (29/1/2018).

Sementara itu, salah satu penumpang bernama Stevy mengaku, kondisi jalan ini sudah tergolong lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Saat itu, mobil angkutan harus menempuh perjalanan lebih dari 8 jam, bahkan terkadang harus bermalam.

Kondisi tanah atau jalan di daerah Distrik Mameh yang masuk Kabupaten Manokwari Selatan ini tergolong labil sehingga kalau turun hujan tanah tersebut akan menjadi becek dan berlumpur.

Pemerintah Daerah Manokwari Selatan sebenarnya telah melakukan sejumlah perbaikan di wilayah tersebut. Hal ini terlihat dari kondisi berbagai ruas jalan dari Distrik Tahota hingga Gunung Botak yang sudah baik, bahkan ada yang sudah diaspal sehingga memudahkan sopir.


Kompas TV Bukan jadi rahasia apabila pembangunan infrastruktur di Papua tak semudah membangun proyek di Jawa atau provinsi lainnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com