Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benteng Somba Opu, Saksi Sejarah yang Terlantar

Kompas.com - 29/01/2018, 07:00 WIB
Hendra Cipto

Penulis

MAKASSAR, KOMPAS.com - Di sepanjang daerah pesisir pantai di Kota Makassar, Benteng Fort Rotterdarm dan Benteng Somba Opu sebagai simbol perlawanan melawan penjajahan Belanda.

Benteng Fort Rotterdarm terletak di pesisir pantai bagian utara Kota Makassar yang berdekatan dengan Pantai Losari, sedangkan Benteng Somba Opu terletak di sebelah selatan pesisir Kota Makassar.

Hanya saja, Benteng Somba Opu ini berada di wilayah Kabupaten Gowa yang berbatasan dengan wilayah Kota Makassar.

Kedua benteng ini menjadi saksi sejarah Makassar dan Kerajaan Gowa dalam melawan penjajahan di zaman dahulu.

Benteng Somba Opu didirikan pada awal abad ke-16, tepatnya pada tahun 1525 atas usaha Raja Gowa ke-9 Karaeng Tumaparisi’ Kallonna yang kemudian dilanjutkan oleh Karaeng Tunipalangga Ulaweng.

Pada tahun 1545, Karaeng Tunipalangga Ulaweng (Raja Gowa ke-10) memperkuat struktur dinding benteng dengan batu padas.

Pada masa pemerintahan Tunijallo (Raja Gowa XII), benteng mulai dipersenjatai dengan meriam-meriam berkaliber berat pada setiap sudut bastion. Benteng ini mempunyai luas 113.590 meter persegi yang diapit diantara dua sungai, yaitu Sungai Balang Baru dan Sungai Jene’berang.

(Baca juga : Diminta Angkat Kaki, Penyewa Kios di Benteng Willem II Ungaran Resah)

Dalam sejarahnya, benteng ini pernah diperkuat meriam-meriam berat. Salah satunya masih ada di benteng ini, sebuah meriam yang panjangnya sekitar 9 meter.

Benteng ini tidak hanya menjadi pusat pertahanan Kerajaan Gowa, tetapi juga pernah menjadi pusat perdagangan rempah-rempah dan pelabuhan. Banyak pedagang baik dari daerah lain seperti Bugis-Makassar, Melayu, Asia dan bahkan Eropa melakukan perdagangan di sini.

Peninggalan sejarah yang menjadi saksi bisu pada zaman dahulu ini pun masih sering dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara di saat sekarang. Di dalam kawasan Benteng Somba Opu, terdapat banyak cagar budaya berupa rumah-rumah adat berbagai suku di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.

Selain rumah-rumah adat, di dalam kawasan Benteng Somba Opu ini juga terdapat beberapa museum yang menjadi tempat penyimpanan benda-benda bersejarah, termasuk meriam besar yang panjangnya sekitar 9 meter juga disimpan dan dilestarikan di museum tersebut.

Setiap hari, Benteng Somba Opu ramai dikunjungi para pelancong maupun ratusan mahasiswa yang melakukan berbagai kegiatan organisasi kemahasiswaan. Para mahasiswa ini pun melakukan berbagai kegiatan kemahasiswaan di rumah-rumah adat dan bahkan sampai menginap beberapa hari.

Baca juga : Selamat Datang di Arg-e Bam, Benteng Kuno yang Bangkit dari Tanah)

Untuk sampai ke Benteng Somba Opu, pengunjung harus melewati jembatan besi yang panjang yang melintang di atas Sungai Jene'berang.

Setelah melewati jembatan besi yang dapat dilewati dua arus kendaraan roda empat ini, pengunjung akan mendapatkan petunjuk arah menuju Benteng Somba Opu.

Di tengah perjalanan, petugas Benteng Somba Opu akan meminta retribusi sebesar Rp 3.000 per pelancong.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com