Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketua KPU RI Kaget Ada Kotak Suara Pemilu 1955 di Ungaran

Kompas.com - 27/01/2018, 08:38 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

UNGARAN, KOMPAS.com - Ketua KPU RI Arief Budiman heran masih bisa menemukan kotak suara Pemilu tahun 1955 dan kotak suara pemilu tahun 1982-1992 di Kabupaten Semarang.

Dua kotak pemilu yang mewakili pemerintahan orde lama dan orde baru tersebut menjadi salah satu koleksi yang tersimpan di Rumah Pintar Pemilu, KPU Kabupaten Semarang, di Jalan A Yani Ungaran.

"Mungkin di sini yang saya tidak temukan di tempat lain adalah kotak suara 1955 dan kotak suara Pemilu Orde Baru. Di tempat lain yang ditemukan kotak pemilu zaman now, tapi yang zaman old tidak ketemu. Ini yang baru, saya temukan di sini,” kata Arief seusai meresmikan gedung baru KPU Kabupaten Semarang di Jalan A Yani Ungaran, Jumat (26/1/2018) malam.

Kotak suara Pemilu 1955 ini terbuat dari kayu jati yang cukup tebal, dengan bentuk memanjang ke atas. Pada sisi atasnya terdapat beberapa celah yang diperkirakan untuk memasukkan kertas suara. Pada kedua sisi sampingnya terdapat besi pegangan untuk mengangkat kotak suara.

Sedangkan kotak suara Pemilu 1982-1992 lebih pendek namun lebih lebar. Terdiri dari tiga bilik yang dibedakan dengan warna, yakni warna kuning untuk memasukkan suara DPR, cat warna putih untuk DPRD I dan cat warna biru untuk DPRD II.

Kedua kotak suara ini menarik perhatian Arief dan tamu undangan lainnya, termasuk Bupati Semarang Mundjirin.

Baca juga : Jelang Pilkada Jateng, Anggota Kodim dan Polres Demak Terlibat Adu Fisik

Ketua KPU Kabupaten Semarang Guntur Suhawan saat ditanya Arief mengaku mendapatkan kotak suara Pemilu 1955 tersebut dari seorang mantan kepala desa di Kabupaten Semarang. Ketika dilangsungkan Pemilu 1955, yang bersangkutan menjadi kepala desa.

"Yang kami temukan ini kotak Pemilu 1955, digunakan untuk pemilihan konstituante. Jadi 1955 itu, ada pemilihan parlemen dan konstituante. Lha ini, kami menemukan di orang lama, pada saat Pemilu 1955 dia menjadi kepala desa," kata Guntur.

Kembali ke Rumah Pintar Pemilu, menurut Arief, rumah pintar pemilu merupakan program nasional KPU RI. Pihaknya menargetkan rumah pintar pemilu ini hadir di 34 provinsi dan 514 kabupaten/kota se Indonesia. Sampai saat ini rumah pintar pemilu sudah ada di 369 kabupaten/kota.

"Sisanya masih akan kita teruskan, kerjakan pada tahun 2018, harapannya sudah selesai semua,” kata Arief.

Sementara itu, mengenai gedung baru KPU Kabupaten Semarang sendiri terdiri dari tiga lantai. Rumah pintar pemilu berada di lantai satu. Rumah pintar pemilu ini menyajikan informasi tentang pemilu, hasil-hasil maupun dokumen serta data-data tentang kepemiluan. Selain itu terdapat juga ruang audio visual yang menyajikan informasi tentang pemilu dari masa ke masa dalam bentuk digital.

Arief menegaskan, rumah pintar ini dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat.

"Warga masyarakat, anak-anak sekolah, partai politik, LSM, siapapun bisa datang ke sini untuk belajar. Sejarah pemilu ditampilkan di sini," jelasnya.

Baca juga : 235 Kades dan Lurah di Kabupaten Semarang Menyatakan Netral di Pilkada Jateng

Sekadar diketahui, dalam rangkaian peresmian gedung KPU Kabupaten Semarang ini, perwakilan partai politik yang ada di Kabupaten Semarang mendeklarasikan diri untuk melaksanakan Pilkada Jawa Tengah 2018 dengan damai dan berkualitas. Selanjutnya para tamu undangan dan masyarakat yang hadir dihibur dengan pertunjukan wayang kulit semalam suntuk.

Kompas TV Kepastian itu disampaikan sendiri oleh Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com