Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Hamidah tentang Ibunya yang Kerja ke Malaysia dan Telantar di Batam

Kompas.com - 26/01/2018, 19:42 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis


BANYUWANGI, KOMPAS.com - Wajah Siti Hamidah (34), warga Dusun Wadungdolah, Desa Kaligondo, Kecamatan Genteng, terlihat sedih saat menceritakan Sitiyah (56), ibu kandungnya yang menjadi tenaga kerja wanita di Malaysia dari tahun 2013. Sejak empat bulan terakhir, Sitiyah telantar di Batam, Kepulauan Riau.

Menurut Hamidah, sejak berangkat ke Malaysia pada Mei 2013, ibunya sama sekali tidak pernah memberikan kabar apa pun kepada keluarganya yang ada di Banyuwangi. Keputusan ibunya berangkat ke Malaysia sempat ditolak oleh Siti Hamidah karena selain sudah tua, ibunya tidak pernah pergi jauh dan tidak pernah bekerja di luar negeri.

"Ibu saya ini orang desa. Selama ini tinggal di persil perkebunan. Baca tulis saja enggak bisa. Setelah bapak saya meninggal, ibu saya ajak tinggal bareng di sini. Walaupun sama-sama susah, tapi kumpul," kata Hamidah dengan suara parau.

Namun, ibunya memaksa untuk tetap berangkat ke Malaysia yang diajak kerabatnya dengan alasan untuk mendapatkan uang yang banyak.

Keberangkatannya ke Malaysia juga mendadak, dan Siti Hamidah tidak bisa mencegah. "Terakhir komunikasi ya 2013, katanya nginap di hotel Tanjung Pinang mau nyeberang ke Malaysia. Setelah itu enggak ada kabar sama sekali. Saat suami saya meninggal pun saya enggak tahu bagaimana ngabari ibu," jelas Hamidah.

Keberadaan ibunya baru diketahui oleh Siti Hamidah dua hari lalu ketika tetangganya menemuinya dan menunjukkan foto ibunya yang sedang dirawat di rumah sakit di Batam, Kepulauan Riau.

Di foto itu dijelaskan bahwa Sitiyah ditelantarkan oleh majikannya hingga akhirnya dideportasi dan dirawat di Batam selama empat bulan terakhir.

"Di foto itu katanya ibu saya telantar dan mencari keluarganya di Banyuwangi, dan katanya punya anak angkat namanya Hamidah. Padahal, saya ini anak kandungnya Bu Sitiyah. Saya kaget. Apa ibu saya sudah lupa sama anaknya sendiri," ucap Hamidah.

Baca juga: Kisah TKI Tasmi yang Meninggal di Malaysia dan Baru Dipulangkan 1,5 Bulan Kemudian

Ia lalu menghubungi nomor telepon yang tertera di Facebook dan akhirnya Siti Hamidah bisa berkomunikasi langsung dengan ibunya. Kepadanya, Ibu Sitiyah mengaku sakit di bagian perut.

"Kayak orang linglung. Saat saya tanya pakai bahasa Madura, dia menjawab bahasa Melayu. Saya cuma nangis. Dia bilang enggak usah jemput ibu, biayanya banyak," ujarnya.

Siti Hamidah mengaku bingung karena ingin menyusul ibunya atau memulangkan ibunya, tetapi sama sekali tidak memiliki biaya. Sehari-hari, Siti Hamidah hanya buruh di pasar dan penghasilannya untuk mencukupi kedua anaknya. Dia juga menjadi tulang punggung bagi keluarganya setelah suaminya meninggal setahun lalu.

"Tapi, kemarin ada Pak Kades yang datang ke sini untuk tanya tentang masalah ibu dan memastikan apakah saya ini anak angkat apa anak kandung. Katanya mau dibantu. Saya ingin sekali ibu pulang," tuturnya sambil menghela napas berat.

Sementara itu, Kepala Desa Kaligondo, Kecamatan Genteng, Wasito, kepada Kompas.com mengatakan sudah berkoordinasi dengan Dinas Tenaga Kerja Banyuwangi terkait warganya yang telantar di Batam, Kepulauan Riau.

"Hari ini keluarga Ibu Sitiyah diundang ke dinas untuk membicarakan hal ini dan pihak desa akan membantu semaksimal mungkin. Jika bisa dipulangkan, ini menjadi yang terbaik buat keluarga Ibu Sitiyah," kata Wasito.

Kompas TV Santunan tunai kecelakaan kerja sebesar Rp 85 juta diberikan dengan beasiswa untuk anak almarhumah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com