Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Lebih Baik Saya yang Lapar daripada Dua Anak Saya Tidak Makan"

Kompas.com - 25/01/2018, 11:15 WIB
Taufiqurrahman

Penulis

PAMEKASAN, KOMPAS.com - Atmani (55), janda asal Dusun Utara, Desa Gugul, Kecamatan Tlanakan, Kabupaten Pamekasan, sering berpuasa demi menghidupi kedua anaknya yang lumpuh total sejak lahir.

Puasa yang dijalani Atmani lantaran makanan yang ada di rumahnya sering tidak cukup untuk dimakan bertiga, sehingga berpuasa menjadi solusinya.

Setiap hari, Atmani sendirian merawat kedua anaknya, Subaidi (35) dan Umratul (22). Mulai dari memandikan, memasak dan mencari makan untuk keduanya.

Untuk memandikan kedua anaknya, Atmani harus menggendong mereka ke luar rumahnya secara bergantian. Bahkan saat buang air besar, juga demikian.

Seiring dengan bertambahnya usia kedua anaknya, Atmani sering mengeluh tidak kuat menggendong, sehingga mulai jarang memandikan kedua anaknya.

"Kalau dulu masih ada bapaknya, saya masih enak tak perlu menggendong sendiri. Sekarang semuanya saya yang mengerjakan sendirian," kata Atmani saat ditemui di kediamannya, Rabu (24/1/2018).

Baca juga : Nenek Miskin yang Pernah Makan Daun Kini Bisa Tersenyum Bahagia...

Untuk menghidupi kedua anaknya, Atmani yang sudah lima tahun ditinggal suaminya, Subai, hanya mengandalkan bantuan orang lain. Sejak ditinggal suaminya, Atmani pernah terlilit utang Rp 6 juta ke beberapa tetangganya. Namun, utang tersebut dilunasi oleh pelajar asal Pamekasan yang belajar di Timur Tengah.

"Utang saya lunas karena bantuan orang lain. Katanya dari anak-anak yang mondok di Arab Saudi," ujar Atmani.

Ketika keuangan dalam keadaan kritis, Atmani terpaksa menjual barang-barang yang dimilikinya, seperti peralatan masak dan makan, ke tetangganya. Bahkan, barang-barang hasil pemberian orang lain juga dijual.

"Saya sudah tak punya kemampuan apa lagi ketika sudah kepepet. Mau utang lagi ke tetangga sudah malu. Lebih baik saya yang lapar daripada dua anak saya yang tidak makan," imbuhnya.

Mausul Nasri, tetangga Atmani, salah satu orang yang sering mencarikan santunan untuk Armani mengatakan, bantuan yang diterima Atmani tidak menentu. Yang agak rutin, bantuan dari pelajar Pamekasan yang ada di Timur Tengah. Setiap bulan kadang Rp 400.000 atau di bawah itu. Bantuan itu dikirimkan melalui rekening Mausul Nasri.

"Kalau ada, saya serahkan ke Atmani. Tapi saya lihat tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya selama sebulan," ungkap Mausul.

Mausul menambahkan, beberapa orang yang datang memberikan bantuan langsung di antaranya Kepala Polres Pamekasan AKBP Teguh Wibowo dan mantan Bupati Pamekasan KH Kholilurrahman. Mereka datang membawa sembako dan uang sebagai bekal belanja kebutuhan sehari-hari.

Baca juga : Mari Bangun NTT supaya Tak Lagi Dianggap Daerah Miskin dan Bodoh

Subaidi dan Umratul lumpuh sejak masih anak balita. Awalnya, Subaidi mengalami demam tinggi saat masih usia satu tahun. Namun karena terkendala biaya, hanya dirawat di rumahnya. Satu-satunya pengobatan yang dilakukan oleh Atmani dan suaminya adalah pergi ke dukun.

Begitu juga dengan anak keduanya, Umratul. Demam tinggi juga menjadi penyebab awal lumpuhnya saat kira-kira berusia satu tahun.

"Andaikan dulu ada biaya ke rumah sakit mungkin anak saya tidak lumpuh semua seperti sekarang. Tapi ini mungkin sudah takdir saya," ungkap Atmani.

Kompas TV Seorang kakek miskin Warga Desa Alue Buya Gampong, Kabupaten Bireuen, Aceh, bertahun-tahun menghabiskan masa tuanya seorang diri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com