Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uniknya "Paper Cut" Banyuwangi, dari Kebo-keboan Sampai Fitri Carlina

Kompas.com - 19/01/2018, 07:24 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Angga Satriawan (31) terlihat serius. Matanya terfokus pada kertas yang ia letakkan di meja kerjanya.

Sementara tangannya, dengan lincah menggerakkan cutter mengikuti garis yang sudah dicetak di kertas putih hingga berlubang sesuai dengan pola yang diinginkan. Selain kertas, ada juga selembar foto sepasang pengantin yang diletakkan tepat di samping kertas putih.

"Ini ada pesanan untuk paper cut pengantin. Baru tadi malam pesan," kata Angga yang tinggal di Dusun Tugong Desa Sempu Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi kepada Kompas.com, Kamis (18/1/2018).

Angga menjelaskan, masih belum banyak yang tahu tentang paper cut atau teknik potong kertas dari Cina tersebut. Dia sendiri baru menekuni paper cut November 2016, setelah diminta tetangganya membuat tulisan kaligrafi dalam huruf arab untuk bendera kematian.

"Saya buat pola dengan kertas huruf arab lalu saya tempel di kain. Kemudian saat saya cari-cari di internet. Baru tahu kalau namanya paper cut," jelasnya.

(Baca juga : Yunita, Mengubah Popok Bekas Menjadi Kerajinan Bernilai Ekonomis)

 

Akhirnya dia menekuni kegiatan barunya tersebut dan melakukan promo melalui media sosial. Namun hampir tiga bulan pertama, dia tidak mendapatkan satupun pelanggan karena tidak banyak yang tahu tentang paper cut.

"Yang sekadar tanya banyak, tapi yang serius pesan nggak ada. Sempat frustasi saya sampai akhirnya pemesanan pertama datang buat paper cut dari gambar mobil," jelas lelaki yang juga menekuni desain grafis tersebut.

Bapak dua anak ini mengatakan, paper cut berbeda dengan sablon ataupun cutting sticker. Di paper cut, semuanya dilakukan manual termasuk memotong kertas hingga berbentuk motif. Dia hanya menggunakan komputer untuk mendesain motif pada gambar yang diinginkan.

"Jadi fotoya discan, lalu didesain di komputer lalu dicetak di kertas, baru dipotong mengikuti pola. Untuk potongan yang paling tipis ada yang sampai 0,3 mili. Memang harus hati-hati. Jika tidak, akan putus," ucapnya.

Ia kemudian menunjukkan hasil karya paper cut yang diambil dari foto Kebo-keboan, salah satu tradisi di Banyuwangi.

"Potongannya dibuat zig-zag dan ini agak rumit karena saya ingin detail di rambutnya jadi potongan kertasnya tipis dan kecil sekali," jelasnya sambil menunjukkan paper cut Kebo-keboan di dinding rumahnya.

 

(Baca juga : Menengok Sentra Kerajinan Kayu Ukir di Kuningan)

Untuk membuatnya, ia membutuhkan waktu lima hari. Sedangkan motif lain, maksimal pengerjaan tiga hari.

Paper cut hasil karya Angga, warga Banyuwangi.KOMPAS.com/Ira Rachmawati Paper cut hasil karya Angga, warga Banyuwangi.
Selain Kebo-keboan, Angga membuat paper cut dari foto Fitri Carlina, penyanyi dangdut yang sedang menggunakan kostum Gandrung. "Ini juga rumit karena detail di bagian omprog penutup kepalanya," tutur Angga.

Untuk kertasnya, Angga menggunakan kertas linen berwarna putih dan silver dengan ukuran 36x56, sementara cutter yang digunakan menggunakan sudut 40 derajat dan 30 derajat disesuaikan dengan kebutuhan tipis tebalnya pola yang diinginkan.

Angga menjual karyanya secara online baik di website jual beli atau di instagramnya "hunkatter".

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com