Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kuburan Orangutan di Kalahien Akan Digali untuk Diotopsi

Kompas.com - 18/01/2018, 10:55 WIB
Kontributor Pangkalan Bun, Nugroho Budi Baskoro

Penulis

PANGKALAN BUN, KOMPAS.com - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BSKDA) Provinsi Kalimantan Tengah, memastikan akan menggali kuburan orangutan yang diduga korban pembunuhan.

Bangkai orangutan tersebut ditemukan warga Desa Kalahien, Kecamatan Dusun Selatan, Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Tengah, Senin (15/1/2018).

"Dalam waktu dekat akan diotopsi, Mas," ujar Adib Gunawan, Kepala BKSDA Kalimantan Tengah pada Kompas.com melalui layanan pesan Whatsapp, Rabu (18/1/2018) malam.

Menurutnya, bangkai orangutan sengaja dikubur atas permintaan masyarakat. Bangkai tersebut menimbulkan bau busuk yang sangat tajam, sehingga mengganggu warga. 

Selain itu, di Buntok, ibu kota Barito Selatan, tidak ada dokter hewan yang dapat langsung mengotopsi orangutan. 

(Baca juga : Aktivis Lingkungan Sesalkan Temuan Bangkai Orangutan Tak Diotopsi )

Karena itu, saat penguburan, pihaknya sudah mengantisipasi agar jasad primata langka yang dilindungi undang-undang ini masih bisa diotopsi.

"Dikubur dengan karpet plastik dan karung beras, dengan harapan memperlambat proses pembusukan, sehingga apabila akan dibongkar lagi masih dimungkinkan untuk diotopsi," lanjutnya.

Sebelumnya, aktivis konservasi orangutan mendesak agar BKSDA Kalimantan Tengah mengotopsi orangutan itu.

"Kami menyayangkan sebetulnya, BKSDA Kalimantan Tengah langsung mengubur," ungkap Ramadhani, Manajer Perlindungan Habitat Centre for Orangutan Protection (COP) pada Kompas.com, Senin (15/1/2018).

"Kami belum tahu langkah BKSDA Kalteng, apakah akan melakukan otopsi. Tuntutan kami mayat (orangutan) tersebut dilakukan otopsi. Karena akan ketahuan penyebab kematian, walaupun tidak 100 persen," ucapnya.

(Baca juga : Dikira Manusia, Bangkai Orangutan Tanpa Kepala Ditemukan di Sungai)

Hal senada disampaikan Monterado Fridman, perwakilan BOSF Palangka Raya. "BOSF siap bantu kok. Alat dan dokter hewan oke. Setidaknya kita tahu sedikit penyebab kematian dan atau jika mau diproses hukum," kata Monterado.

Saat ditemukan tiga hari lalu, BKSDA mengatakan terdapat indikasi kekerasan terhadap orangutan jantan dewasa itu.

"Ditemukan tanda-tanda kekerasan fisik, seperti bekas sabetan senjata tajam. Kepala orangutan itu sampai sekarang belum ditemukan," ucapnya. 

Saat ditemukan mengapung di Sungai Barito itu, diperkirakan orangutan itu telah mati dua hari.

Kompas TV Satu jenis spesies baru orang utan ditemukan di Indonesia, kera besar asal Tapanuli ini berbeda dengan dua spesies orang utan asal Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com