Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kabar Impor Sebabkan Harga Beras di Karawang Turun

Kompas.com - 15/01/2018, 17:52 WIB
Farida Farhan

Penulis

KARAWANG, KOMPAS.com - Kabar pemerintah akan melakukan impor 500.000 ton beras rupanya mempengaruhi harga makanan pokok ini dua hari terakhir. Harga beras mulai turun lantaran pedagang berlomba menghabiskan stok.

Ketua Paguyuban Pasar Induk Beras Johar Karawang, Sri Narbito mengatakan, kabar impor beras tersebut secara psikologis sudah mempengaruhi harga pasar.

"Meskipun barangnya belum ada, dampaknya sudah menurunkan harga dua hari ini," ujarnya, Senin (15/1/2018).

Menurutnya, para pedagang tak bermasalah dengan impor beras. Akan tetapi, kata dia, impor beras akan berdampak kepada para petani.

"Kalau pedagang yang penting stok ada. Tapi kalau impor, yang kasihan petani," katanya.

Sri mengatakan, meskipun pasokan beras turun dari 1.000 ton per hari menjadi 600 hingga 700 ton per hari, harga cenderung turun lantaran permintaan turun. Terlebih, pedagang memilih menghabiskan stok beras yang mereka miliki, meskipun margin dari harga beras itu tipis.

Baca juga : Fadli Zon Sebut Ada 4 Kejanggalan dalam Rencana Impor Beras

Meskipun sudah turun, harga beras medium masih menyentuh Rp 11.500 per kilogram sampai Rp 12.000 per kilogram dari harga awal Rp 9.450 per kilogram. Sementara harga beras premium Rp 12.800 per kilogram. "Untung ada HET. Jika tidak, bisa bablas," katanya.

Ia menyarankan operasi pasar yang dilakukan menggunakan beras berkualitas premium. Sebab, jika menggunakan beras rastra, ia memastikan tidak akan laku di pasaran.

"Barangnya bagus, tapi karena kelamaan jadi apek. Ini enggak efektif untuk menurunkan harga pasar," ujarnya.

Ia menilai, Kementerian Pertanian yang kukuh bahwa sampai hari ini beras mengalami surplus hanya mengacu pada angka-angka dan asumsi semata. Sebab, menurutnya, pada kenyataannya di pasaran pasokan beras justru kurang.

"Asumsinya tiap bulan satu tanam satu juta ton. Dengan asumsi satu hektar menghasilkan 5 ton gabah kering giling. Tapi kenyataan mana. Karena hama, boro-boro 2 ton, kadang-kadang 1 ton juga enggak ada," katanya.

Oleh karenanya, ia meminta pemerintah melalui Kementrian Pertanian menerjunkan tim untuk survei langsung ke lapangan.

Takut simpan stok beras

Sri mengatakan, meskipun melakukan stok beras tidak melanggar aturan selama tidak lebih dari 3 bulan, namun pedagang sudah ketakutan terlebih dulu. Sebab, pada Agustus lalu, gencar dilakukan inspeksi mendadak dan operasi yang menyebutkan bahwa penyimpanan stok tidak boleh dilakukan.

"Selagi tidak lebih dari 3 bulan itu bukan penimbunan," katanya.

Baca juga : Politisi Golkar: Impor Beras Tak Sejalan dengan Nawacita Jokowi

Terlebih, kata dia, pabrik beras besar, kecil dan pedagang mencadangkan beras untuk menjaga keberlangsungan produksi dan suplai ke pasar.

"Kalau enggak punya stok, beli gabahnya mendadak, itu yang menyebabkan harganya mahal. Kalau enggak nyuplai ke pasar nanti bisa beralih ke merek lain kan," katanya.

Sebelumnya, pada 11 Januari 2018 Salah seorang pedagang beras di Pasar Induk Beras Johar, Aking, Karawang, mengatakan, harga beras medium mencapai Rp 13.000 per kilogram. Harga tersebut melebihi batas Harga Eceran Tertinggi (HET) sebesar Rp 9.450 per kilogram.

Kompas TV Impor beras dikritisi karena dilakukan jelang masa panen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com