Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

58 Anak Meninggal akibat Wabah Campak di Asmat

Kompas.com - 15/01/2018, 11:53 WIB
Kontributor Wamena, John Roy Purba

Penulis

JAYAPURA, KOMPAS.com — Sebanyak 58 anak dinyatakan meninggal akibat wabah yang tersebar di 23 distrik di Kabupaten Asmat, Papua. Hingga kini, jumlah anak yang menderita karena wabah tersebut mencapai 471 anak. 

Uskup Agats Mgr Aloysius Murwito melalui pesan singkatnya ke kepada Kompas.com mengatakan, wabah campak dan persoalan gizi buruk menyerang "Kota Seribu Papan", sebutan Kabupaten Asmat.

“Dalam kunjungan saya ke sejumlah kampung, sering dijumpai petugas puskesmas pembantu (pustu) yang tidak ada di tempat. Jarak kampung dan puskesmas berjauhan dan sulit dijangkau karena hanya dapat ditempuh dengan transportasi air. Di Asmat tidak ada jalan darat,” ujarnya, Senin (15/1/2018).

Uskup Murwito menyebutkan, pelaksanaan kebijakan pemda kerap kurang maksimal di kampung. Kondisi ini diperperah dengan kurangnya dedikasi petugas dan minimnya alat komunikasi. 

(Baca juga: Wabah Difteri di Indonesia, Antara Vaksinasi dan Antibiotik)

Hal itu membuat kondisi kesehatan di Asmat masih di bawah standar normal. Angkanya hanya berkisar 40 persen. Selain itu, program imunisasi juga belum menjangkau setiap anak yang berada di kampung.

“Akibat anak-anak terkena wabah campak, maka kondisi kesehatannya semakin krisis. Data yang kami dapatkan dari Dinas Kesehatan setempat, 58 anak dinyatakan meninggal akibat wabah yang tersebar di 23 distrik dengan total penderita 471 anak,” katanya.

Murwito menjelaskan, makanan bergizi di Asmat sangat kurang, khususnya sayuran dan ikan. Masyarakat yang tersebar di distrik tidak setiap hari mendapatkan ikan. Tak terkecuali ibu hamil dan menyusui. Akibatnya, air susu yang dikeluarkan kurang berkualitas.

“Kalau kehidupan di distrik yang dekat dengan pusat kabupaten, masyarakatnya tampak lebih sehat karena lebih mudah dapat uang dari penjualan ikan. Kesadaran masyarakatnya untuk hidup sehat pun lebih baik,” paparnya.

Seperti diketahui, transportasi untuk menghubungkan satu distrik ke distrik lain di Asmat hanya bisa menggunakan transportasi air. Ini yang menyebabkan akses transportasi di Asmat masih sulit.

Belum lagi jaringan komunikasi, sangat susah diakses masyarakat, bahkan bisa dikatakan tidak ada jaringan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com