Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Halau Kapal Tambang, Seorang Nelayan di Konawe Selatan Tertembak

Kompas.com - 14/01/2018, 18:40 WIB
Kiki Andi Pati

Penulis

KENDARI, KOMPAS.com - Seorang nelayan bernama Sarman (35), warga Desa Tue-tue, Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara (Sultra), Minggu (14/1/2018), dilarikan ke Rumah Sakit Bahteramas, Provinsi Sultra, karena tertembak peluru di paha bagian kanan.

Sarman diduga tertembak di atas kapal setelah berusaha menghadang sebuah kapal tongkang bermuatan alat berat milik PT Gerbang Multi Sejahtera (GMS), salah satu perusahaan tambang di tengah laut di Desa Tue-tue bersama sekitar 30 buah perahu tradisional milik nelayan lainnya.

Tidak hanya menghalau, nelayan juga sempat berusaha membakar kapal. Merek melempari kapal tongkang dengan bom molotov. Namun kapal tongkang pembawa alat berat itu hanya sedikit dilalap api dan kemudian padam.

Aksi nelayan dilanjutkan dengan terus menghalangi kapal yang berusaha mendekati pelabuhan untuk menurunkan alat berat. Sementara itu, rentetan bunyi senjata dari kapal pengawal terus terdengar saat warga berusaha mendekat ke arah kapal pembawa alat berat.

Perahu tempel yang ditumpangi Sarman dan tiga orang rekannya berjarak sekitar sepuluh meter dari kapal tongkang. Di saat itulah Sarman langsung merasakan pahanya tertembus benda tajam dengan keras.

Nelayan penangkap cumi-cumi ini kemudian roboh dan langsung terbaring di atas kapal. Sementara itu, rekan-rekannya yang lain tidak mengendurkan perlawanan dan terus mengejar kapal tongkang.

Baca juga : Jadi Presiden Pilih Nelayan Atau Pecat Menteri Susi

Tiga orang rekannya yang lain langsung membawa Sarman menepi ke daratan. Ketiganya diketahui bernama Samsul, Sariudin dan Maman.

"Nanti setelah kapal menjauh, saya baru kasih tahu teman-teman saya kalau saya kena peluru," ujar Sarman di Rumah Sakit Bahteramas, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Saat mendengar rekannya terluka, puluhan nelayan malah makin menggila dengan mengejar kapal tongkang yang mulai mundur. Namun, aksi nelayan dihalangi dua kapal cepat milik anggota Brimob Polda Sulawesi Tenggara dan anggota TNI bersenjata lengkap.

"Kapal dan beberapa perahu nelayan sempat dikelilingi speedboat milik anggota Brimob dan TNI. Jadi perahu kami sempat kena ombak dan terayun-ayun keras di tengah laut, mereka (anggota) mungkin mau tenggelamkan kapal kita, tapi tidak bisa," ujar Arfah, salah seorang rekan Sarman.

Sekitar sejam lebih aksi itu, kapal tongkang kemudian mundur ke salah satu pulau terdekat. Nelayan kemudian tidak melanjutkan perlawanan dan kembali ke kampung.

Sarman kemudian dilarikan ke Puskesmas Laonti, Kecamatan Konawe Selatan. Perawat di sana kemudian merujuk Sarman di Rumah Sakit Abunawas Kendari. Pihak Rumah Sakit Abunawas kemudian merujuk Sarman ke Rumah Sakit Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.

Kapolres Konawe Selatan AKBP Hamka Mappaita yang dikonfirmasi via telpon selulernya mengungkapkan, tidak ada penembakan terhadap warga. Pihaknya memang melakukan pengamanan karena ada pengiriman alat berat oleh pihak perusahaan tambang.

"Tidak ada penembakan. Masyarakat di sana anarkis melempari kapal dengan menggunakan bom molotov sampai terbakar. Anggota Polri dan TNI melakukan kegiatan penghalangan dan memang ada tembakan peringatan dengan mengunakan peluru hampa ke atas, tidak ada peluru karet," terangnya.

Baca juga : Perahu Terbalik di Perairan Mataram, Enam Nelayan Hilang

Pihaknya, lanjut Hamka, belum mengetahui persis ada warga yang terkena tembakan. Namun kegiatan yang dilakukan personel polisi dan TNI sudah sesuai SOP.

"Nanti saya tanya Kasat Reskrim saya dulu, yang jelas ada informasi yang kena peluru karet nanti kita dalami dulu," tutup Hamka.

Sementara, Direktur Rumah Sakit Bahteramas Provinsi Sultra, dr Yusuf Hamra belum dapat memastikan bahwa luka di paha korba adalah luka tembak.

"Dokter masih bekerja, prosesnya masih berjalan. Kita belum tahu kalau ini luka, saya tidak bisa berspekulasi jauh mengenai itu," tukas Hamra di Rumah Sakit Bahteramas Sultra.

Kompas TV Tapi, dari gudang pendingin berkapasitas 200 ton yang sudah ada, 70 nelayan binaan hanya mampu mengisinya sebesar 120 ton.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com