Nasib Ridwan Kamil
Ridwan Kamil merupakan tokoh Jabar pertama yang memproklamirkan diri sebagai bakal calon gubernur begitu menerima pinangan Nasdem. Langkah Ridwan Kamil ini awalnya sempat mengundang pertanyaan.
Nasdem hanya memiliki 5 kursi DPRD Provinsi di Jawa Barat. Jumlah kursi dari Nasdem ini jauh dari cukup untuk memenuhi syarat minimal partai politik atau koalisi partai politik mencalonkan pasangan cagub-cawagub, yaitu 20 kursi.
Sedangkan Ridwan Kamil terhitung calon yang cukup populer. Bahkan, calon berpeluang kuat untuk menang menurut berbagai survei.
Umumnya, calon yang berpeluang kuat, cenderung memilih partai politik yang memiliki suara atau kursi yang signifikan sebagai pengusung pertama. Sehingga, pilihan Ridwan Kamil menerima pinangan Nasdem, sempat dipertanyakan.
Begitu dukungan mengalir dari PPP dan PKB, barulah posisi Ridwan Kamil menjadi aman, mengingat total kursi PPP-PKB-Nasdem mencapai 21 kursi.
Hanya, koalisi pendukung Ridwan Kamil ini sangatlah cair. Setelah sebelumnya sempat menjadi koalisi terbesar, dengan masuknya Golkar di penghujung Oktober (total kursi dukungan mencapai 38), nasib koalisi pendukung Ridwan Kamil sempat goyah di medio Desember ini.
Berawal dari dicabutnya dukungan Golkar, lalu adanya ancaman hengkangnya PPP dan PKB jika usulan calon wakil gubernurnya tidak diakomodasi, menjadikan nasib koalisi ini di ujung tanduk.
Mengingat hengkangnya PPP ataupun PKB bakal membuat koalisi ini tidak bisa mengusung pasangan calon gubernur dan wakil gubernur, Ridwan Kamil harus hati-hati dalam mengelola perbedaan pendapat di antara parpol pengusungnya.
Masuknya Hanura di akhir Desember 2017, memang menambah kursi dukungan menjadi 24, namun tetap tidak bakal berarti banyak jika PPP atau PKB hengkang, dan tidak ada partai lain yang merapat.
Padahal, secara ketokohan dan popularitas, Ridwan Kamil saat ini bisa dikatakan berada di salah satu posisi terdepan.