Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muhammadiyah: Politik Hanya Instrumen Berbangsa, Jangan Jadi Tujuan

Kompas.com - 29/12/2017, 14:28 WIB
Markus Yuwono

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, meyakini tingkat kedewasaan masyarakat dalam berpolitik lebih baik. Hal itu akan membawa dampak positif saat memasuki tahun politik 2018 mendatang.

"Mungkin pada tingkat elite ada politik berbau sara atau kepentingan politik lebih keras. Tetapi saya melihat masyarakat umum, luas, ada kedewasaan untuk lebih berpolitik, menjadi bagian politik Indonesia yang dewasa. Kenapa? karena civil society masih kuat," ujarnya di Yogyakarta, Jumat (29/12/2017). 

Haedar mengatakan, Muhammadiyah akan terus mengawal proses tahun politik. Pesan yang diusung adalah pesan moral inklusif, moral politik yang berkeadaban.

"Kita ingin juga merasionalisasikan pikiran terhadap masyarakat bahwa politik itu hanya instrumen kita dalam berbangsa dan bernegara. Jangan sampai itu menjadi tujuan," ucapnya.

(Baca juga : Pilkada Jabar, Golkar dan Demokrat Sepakat Usung Dua DM )

Haedar meminta agar tokoh elite politik partai memainkan politik santun selama berpolitik.

"Tinggal basis parpol dan tokoh parpol ini kami berharap tidak memainkan politik yang keras. Politik yang mengusung primordialisme akhirnya nanti akan merugikan masa depan bangsa," tuturnya.

Dia berpesan kepada kepala daerah untuk bertanggungjawab kepada daerahnya saat pilkada serentak 2018. Jangan sampai daerah menjadi sandera karena transaksi politik dari para calon kepala daerah mengikat balas jasa politik yang akhirnya sumber daya alam.

"Potensi daerah tidak bisa dimanfaatkan untuk hajat hidup orang banyak, malah menjadi kapital politik kepala daerah. Yang jadi pesan moral kita adalah agar para kepala daerah betul-betul bertanggung jawab untuk daerahnya, betul memajukan daerahnya," ucapnya. 

Disinggung mengenai banyaknya calon kepala daerah yang bukan berasal dari daerah tersebut, Haedar mengatakan tidak masalah. Hal ini justru akan membawa daerah tersebut lebih baik.

 

(Baca juga : Golkar, Demokrat, dan PPP Bentuk Poros Baru Hadapi Pilkada Jateng)

"Maaf-maaf sekarang ini kedaerahan terlalu tinggi. bukan hanya primordialisme sentimen, kalau kedaerahan terlalu tinggi keindonesiaan bisa tergerus," pungkasnya. 

Kompas TV Peta politik pemilihan Kepala Daerah Jawa Barat berubah setelah Golkar menarik dukungan kepada Ridwan Kamil.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com