Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Oleh Tim Riset ITS Surabaya, Limbah Perikanan Diubah Jadi Pakan Ikan

Kompas.com - 22/12/2017, 07:13 WIB
Achmad Faizal

Penulis

SURABAYA, KOMPAS.com - Risih dengan tumpukan serta aroma limbah tangkapan dan pengasapan ikan di sekitar Pantai Kenjeran, Surabaya, tim riset Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya memutar otak untuk mengolah limbah tersebut menjadi produk bermanfaat.

Awik Puji Dyah Nurhayati serta dua rekannya, yaitu Edwin Setiawan dan Dewi Hidayati, menyulap limbah perikanan itu menjadi pelet atau pakan ikan.

"Jika dibiarkan menumpuk, limbah ini akan menyebabkan pencemaran organik, aroma tidak sedap, dan mengurangi nilai estetika lingkungan sekitarnya," kata Awi, Kamis (21/12/2017).

Menurut dia, limbah ikan yang dibuang ke laut juga dapat menyebabkan pencemaran dan merusak ekosistem. Bagian-bagian yang biasa dibuang adalah insang, ekor, dan jeroan ikan.

“Padahal, bagian-bagian itu kaya protein dan sebenarnya dapat diolah menjadi pakan ikan bergizi serta bernilai ekonomis,” ujar Awi.

Limbah perikanan itu, kata dia, dalam pengolahannya dicampur dengan beberapa bahan, seperti dedak, tepung tapioka, vitamin konsentrat, daun pepaya, dan ragi tempe. "Juga ada keong sawah dan limbah hasil pengasapan ikan," tambahnya.

Baca juga: JK Keluhkan Banyaknya Hasil Riset yang Tak Bisa Diimplementasikan

Cara pembuatannya, menurut Awi, juga cukup mudah, yaitu hanya dengan mencampurnya setelah itu mencetak bentuk bulat seperti pelet.

Sebelum dicampur, limbah ikan direbus dan dipisahkan lemaknya, setelah itu dikeringkan di oven. Sementara keong sawah, sebelumnya dicuci, kemudian dikukus dan dipisahkan dari cangkangnya.

“Ini untuk mengurangi zat beracun dan patogen, serta mengontrol kandungan senyawa aflatoksin agar tidak lebih dari 50 ppm,” terang Awi.

Produknya kini banyak dipakai sebagai pakan lele dumbo.

"Saat ini, tim Departemen Biologi sedang fokus pada pengembangan dan perbaikan mutu produk. Ke depannya, pelet ikan ini akan diproduksi dalam skala besar dan merek produknya akan dipatenkan," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com