Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aktivitas Pendaki di Gunung Semeru Ganggu Aktivitas Macan Tutul

Kompas.com - 20/12/2017, 18:03 WIB
Andi Hartik

Penulis

MALANG, KOMPAS.com - Pengelola Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) mengumumkan penutupan sementara jalur pendakian Gunung Semeru per 1 Januari 2018. 

Selain karena faktor cuaca, penutupan jalur pendakian Gunung Semeru untuk recovery atau pemulihan ekosistem di kawasan gunung setinggi 3.676 mdpl. Termasuk pemulihan ekosistem satwa liar yang pergerakannya dinilai terganggu akibat aktivitas pendakian.

"Selama pendakian dibuka, satwa ini terganggu. Aktivitas pengunjung menjadi penghalang bagi satwa liar untuk beraktivitas," kata Kepala Resort Ranupani pada Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Agung Siswoyo dalam konferensi pers di kantor Balai Besar TNBTS, Kota Malang, Rabu (20/12/2017).

Agung menjelaskan, salah satu satwa liar yang paling terganggu dengan aktivitas pendakian adalah macan tutul dan kijang.

(Baca juga : Mulai 1 Januari 2018, Pendakian Gunung Semeru Ditutup Total )

Selama ini, kijang kerap ditemui di Blok Jambangan dan Cemoro Kandang. Sementara kedua blok itu menjadi rute pendakian menuju puncak Mahameru. Dengan begitu, penutupan jalur pendakian itu diharapkan bisa memberi ruang kepada satwa liar untuk leluasa beraktivitas.

"Untuk memberikan ruang kepada satwa ini untuk melakukan aktivitas sosialnya," jelasnya.

Sementara untuk macan tutul, pihaknya pernah mendapatkan laporan dari salah seorang pendaki yang pernah melihat macan tutul di Pos 3, yakni pos sebelum Ranu Kumbolo.

Diduga, kondisi hutan yang lebat di bawah Pos 3 menjadi habitat macan tutul. Sedangkan di atas Pos 3 terdapat danau kecil yang terisi saat musim penghujan. Itu artinya, jalur pendakian di Pos 3 menjadi perlintasan macan tutul untuk menggapai danau tersebut.

"Kita duga Pos 3 merupakan jalur lintasan macan tutul. Dari hutan yang lebat di bawahnya menuju kawasan di atasnya. Di sana ada danau, tapi hanya terisi air saat musim hujan," ungkapnya.

(Baca juga : Petik Edelweis di Gunung Semeru, Pendaki Ini Dilarang Mendaki Seumur Hidup )

Selain itu, ekosistem tumbuhan juga banyak yang rusak akibat aktivitas pendaki. Namun, kerusakannya dianggap tidak terlalu banyak. Ekosistem tumbuhan itu diharapkan bisa pulih kembali dengan adanya penutupan.

Tidak hanya itu, selama penutupan berlangsung, pihaknya berencana membangun toilet di Ranu Kumbolo. Toilet itu diharapkan bisa memberikan kenyamanan bagi pendaki.

"Kita bangun toilet basah yang bisa meningkatkan kenyamanan pengunjung," jelasnya.

Belum bisa dipastikan berapa lama penutupan pendakian ke puncak tertinggi Jawa itu akan berlangsung. Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, John Kenedie mengaku masih melihat situasi.

Menurutnya, ekosistem yang ada di kawasan hutan Gunung Semeru harus dipulihkan dulu. Sebab menurutnya, jika pendakian dibuka, yang masuk ke kawasan Gunung Semeru tidak sedikit. Apalagi banyak pendaki yang tidak sekedar mendaki.

"Banyak pendaki selfi yang masuk ke dalam," tutupnya.

Kompas TV Upacara kirab tumpeng agung digelar sebagai ungkapan rasa syukur warga terhadap karunia Tuhan Yang Maha Esa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com