Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stok Anti Difteri Serum di Aceh dan NTB Kosong

Kompas.com - 19/12/2017, 21:05 WIB
Daspriani Y Zamzami,
Fitri Rachmawati

Tim Redaksi

BANDA ACEH, KOMPAS.com - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Aceh kehabisan persediaan antidifteri serum (ADS). Kondisi ini membuat penanganan pasien difteri yang jumlahnya meningkat terkendala.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Aceh Abdul Fatah mengatakan, kebutuhan serum antidifteri sangat mendesak. Karena ada empat pasien difteri yang sedang dirawat di Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUDZA) Banda Aceh.

Fatah mengaku telah meminta ADS ke Kementerian Kesehatan. Namun, hingga kini permintaan belum ada jawaban.

"Informasi yang kami terima, persediaan serum di Kementerian juga terbatas. Persediaan yang ada untuk 40 pasien seluruh Indonesia. Sedangkan kasus difteri tidak hanya ada di Aceh, tetapi juga beberapa provinsi lainnya," ujarnya, Senin (19/12/2017).

(Baca juga : Kemenkes: Tidak Diimunisasi Berisiko Besar Terkena Difteri )

Abdul Fatah mengatakan, untuk mendapatkan antidifteri serum sangatlah sulit. Di Indonesia tidak ada lagi produsennya. Begitu juga di dunia, hanya beberapa negara yang masih memproduksinya.

"Tahun lalu, Dinkes Aceh mengalokasikan anggaran untuk pengadaan serum antidifteri. Namun karena sulit mendapatkannya, anggaran yang tersedia tidak bisa digunakan," ucapnya.

Ia berharap, Kementerian Kesehatan bisa mengirimkan serum antidifteri ke Aceh. Sebab, ada empat penderita difteri yang membutuhkan serum tersebut.

Selain empat pasien tersebut, masih ada dua lagi yang sedang diobservasi, apakah terjangkit difteri atau tidak. Sedangkan penanganan sementara sebelum ada serum, pasien diberi antibiotik.

Hal serupa dialami Nusa Tenggara Barat (NTB). Kepala Seksi Surveilans, Imunisasi dan Kesehatan Bencana NTB, Rodiatul Adawiyah membenarkan kosongnya stok ADS di NTB.

“Itu karena serum ini terbatas, termasuk di pusat. Jadi akan diberikan jika benar-benar ada pasien yang terjangkit difteri. Contohnya di Kota Bima, tiga orang yang terjangkit, proses mendapatkan ADS ini panjang, tidak mudah, karena memang sangat terbatas,” imbuhnya.

Serum, sambung Rodiatul, hanya diprioritaskan untuk daerah KLB. Untuk mendapatkan serum ini, harus melalui Komite Independen Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).

Di Kota Bima, terdapat tiga anak suspect difteri. Untuk antisipasi dan pengobatan ketiga anak, serum sudah dikirim ke NTP dalam waktu 24 jam. “Kita berharap ketiganya negatif sehingga NTB bebas dari bakteri difteri," tuturnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com