Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Denny JA: Golkar Punya Enam Bintang Baru yang Segera Bersinar

Kompas.com - 09/12/2017, 19:43 WIB
Putra Prima Perdana

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Pakar sekaligus konsultan politik Denny JA mengatakan, di tengah kondisi Partai Golkar yang saat ini sedang terseok-seok akibat isu korupsi yang dilakukan ketua umumnya, Setya Novanto, partai tersebut memiliki sejumlah tokoh yang bisa diunggulkan.

Menurut hasil survei nasional, FGD, dept interview, dan media analisis yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia sepanjang November dan Desember 2017, partai berlambang pohon beringin itu menyimpan enam tokoh rising stars

“Mereka memang belum menjadi superstar. Namun, jika partai ini terkonsolidasi, mereka sangat potensial menjadi darah segar politik nasional,” kata Denny kepada Kompas.com, Sabtu (9/12/2017).

Enam tokoh itu adalah Airlangga Hartarto, Dedi Mulyadi, Nusron Wahid, Idrus Marham, Muthia Hafid, dan Titek Suharto (Siti Hediati Hariyadi).

“Mereka embrio bintang Golkar baru pasca-munaslub. Mereka mewakili Indonesia barat, tengah, dan timur. Empat arjuna dan dua srikandi,” ujar Denny.

Dia menilai, Airlangga Hartarto disebut sebagi kandidat ketua umum terkuat yang diyakini akan membawa perubahan di tubuh Golkar baru pasca-munaslub dengan membawa semboyan "Golkar Bersih, Golkar Bangkit".

“Publik luas membutuhkan Golkar yang bersih, memutus diri dari riwayat yang melilit, yang membuat partai ini terseok. Elite, kader, dan pendukung Golkar merindukan Golkar yang bangkit. Sebagai partai paling senior, Golkar yang bangkit penting untuk Indonesia yang juga bangkit. Tak ada negara yang bangkit tanpa partai yang bangkit,” bebernya.

Baca juga: LSI Denny JA Ungkap Tiga Cawagub Potensial pada Pilkada Jabar

Sosok lainnya adalah Dedi Mulyadi. Dia dianggap bintang bersinar dari Jawa Barat. Ketika Indonesia terbelah oleh fragmentasi primordial, kata Denny, Dedi membawa pesan kultur yang toleran dan pro-keberagaman.

“Dia juga termasuk tokoh yang mengambil risiko dan berinisiatif bagi lahirnya Golkar baru,” ungkap Denny.

Kemudian Nusron Wahid. Menurut Denny, jika diberi panggung, Nusron akan memainkan peran yang sangat penting tak hanya untuk Golkar, tetapi bagi politik baru Indonesia.

“Pada saat Islamisasi terlalu ke kanan dan membuat gelisah minoritas, Nusron wakil dari dunia Islam yang lantang melindungi, mengambil risiko berdiri di depan. Dia bisa menambah basis pemilih Islam, terutama NU bagi Golkar,” tutur Denny.

Sementara itu, sosok Idrus Marham, menurut penilaian Denny, bisa menjadi bintang dari timur. Dia termasuk politisi yang mempunyai kombinasi “ilmu silat” paling lengkap sebagai gabungan dari pengalaman organisasinya mengelola Golkar, basis akademik di dunia politik, dan insting panjang aktivitasnya.

“Dia termasuk tokoh yang bisa setia membela prinsip dan pimpinan dengan segala risikonya. Ia punya kemampuan visi konseptual dan sekaligus pemain lapangan. Dalam 'kesebelasan' Golkar baru pasca-munaslub, dia seharusnya diberi peran salah satu penentu di partai atau ditugaskan di pemerintahan,” imbuhnya.

Muthia Hafid, lanjut Denny, menjadi srikandi di antara para arjuna. Dia bisa menjadi contoh profesional yang berhasil sebelum terjun ke politik praktis. Sebagai jurnalis, dia mengambil risiko, bahkan sempat disandera oleh pihak yang bertikai di Irak. Muthia kerap mendapat penghargaan karena terobosan dan keberaniannya.

“Tak ada partai yang kuat tanpa memberikan peran yang penting pada srikandinya. Muthia Hafid termasuk srikandi yang bisa bersinar jika diberi peran cukup dalam Golkar baru,” tutur Denny.

Baca juga: Agung Laksono: Kami Desak DPP Golkar Tak Menghalang-halangi Munaslub

Nama lain adalah Titiek Suharto, putri pendiri Presiden kedua Indonesia. Menurut Denny, meski Titek membawa nama Soeharto yang pernah menjadi The Common Enemy pada tahun 1998, tetapi setelah kasus itu berlalu hampir 20 tahun, publik Indonesia bisa memberikan penilaian yang lebih adil.

Dalam aneka survei LSI sejak lima tahun terakhir, Pak Harto dan Bung Karno selalu menjadi rangking satu atau rangking dua dari semua presiden yang dianggap paling berkontribusi untuk Indonesia.

“Titiek punya potensi mewarisi darah biru Soeharto di zaman now. Dengan tambahan perangkat konseptual dan ketajaman taktik politik, Titiek juga potensial menjadi darah segar politik nasional,” ujar Denny.

Kompas TV Dorongan untuk mengganti Setya Novanto dari jabatannya sebagai Ketua Umum Golkar terus disuarakan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com