Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Penyebab Genangan Air di Gunung Kidul

Kompas.com - 08/12/2017, 21:13 WIB
Markus Yuwono

Penulis


YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Pakar geologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Wahyu Wilopo, menilai, fenomena air yang menggenang di kawasan karst Gunung Kidul akibat debit air cukup tinggi sehingga air tidak mampu ditampung sungai bawah tanah.

"Di pegunungan selatan Gunung Kidul banyak sungai bawah tanah, air dari utara masuk, di tengah ada namanya out flow atau lubang yang biasa orang masuk ke situ. Pada waktu volumenya besar, air (dari atas) tidak bisa masuk ke lubang itu karena di bawah debitnya besar sehingga air keluar dari celah yang biasa orang masuk goa (Goa Vertikal)," ujar Wahyu saat dihubungi Kompas.com, Jumat (8/12/2017).

"Atau, kemungkinan kalau itu lama ada sesuatu menjadi bottle neck kalau batuan runtuh karena di goa bisa terjadi hal seperti itu, maka di dalam goa itu tergenang. Hal seperti itu seperti (Goa) Seropan tergenang 13 meter di dalam goa. Kemudian ada lagi seperti huruf U, artinya aliran masuk ke bawah lalu alirannya naik ke atas. Hal itu yang menyebabkan genangan atau banjir cukup lama," kata Wahyu.

Menurut dia, beberapa genangan air di Gunung Kidul kualitasnya bagus atau jernih karena sudah terinfiltrasi. "Sungai bawah tanah itu sudah terinfiltrasi sehingga airnya jernih tidak keruh," imbuhnya.

Baca juga: Danau Dadakan di Gunung Kidul Direncanakan Jadi Lokasi Wisata

Wahyu menilai, kemungkinan adanya luweng baru membutuhkan proses lama karena harus melalui proses erosi yang membutuhkan waktu. Namun, potensi amblesan tetap terbuka karena beberapa waktu tekanan dari atas cukup tinggi dan lubang di dalam tanah kembali kosong, maka tingkat erosinya semakin tinggi sehingga terjadi amblesan.

"Proses erosi membutuhkan waktu lama, tidak hanya satu atau dua hari," ucap dia.

Dia menilai melimpahnya air bisa menjadi salah satu upaya mengatasi kekeringan dengan membuat dam atau bendungan di bawah tanah untuk menaikkan air ke permukaan.

"Sebenarnya idenya malah bagus, salah satu mengatasi kekeringan di Gunung Kidul, menggunakan air berlimpah, mungkin membuat dam di bawah sehingga air dikeluarkan ke permukaan, kaya reservoir atau bendungan airnya dikeluarkan ke permukaan bukan di dalam goa," kata dia.

Secara terpisah, Bupati Gunung Kidul Badingah mengatakan, terjadinya banjir pada Selasa (28/11/2017) lalu terjadi di luar perkiraan karena terjadi siklon Cempaka sehingga menyebabkan hujan turun cukup deras.

"Kawasan karst itu seperti spons kalau ada air itu langsung bisa menyerap, tapi kemarin sungai bawah tanah itu penuh dan tidak dapat menampung," ujar dia.

Ke depan, pihaknya akan melakukan pengawasan ketat terhadap kelestarian kawasan karsat. "Sekarang sudah ada wilayah di mana saja yang boleh ditambang dan tidak. Kami akan mengawasi dengan ketat, jangan sampai alam rusak," kata dia.

Kompas TV Akibat angin kencang dan gelombang tinggi yang menghantam perairan selatan Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta, talud hancur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com